Empat Saham Bank Besar BBCA-BMRI Cs Kompak Terkoreksi
Empat saham emiten bank besar serentak melemah pada perdagangan Selasa (27/5/2025), mengalami konsolidasi jangka pendek.
IDXChannel – Empat saham emiten bank besar serentak melemah pada perdagangan Selasa (27/5/2025), mengalami konsolidasi jangka pendek di tengah momentum pemulihan.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.50 WIB, saham bank swasta milik Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terkoreksi 1,56 persen ke level Rp9.475 per unit.
Dalam sepekan, saham BBCA stagnan, sedangkan dalam sebulan meningkat 7,98 persen.
Tiga saham bank BUMN juga memerah. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun 1,37 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) minus 0,93 persen, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terdepresiasi 0,67 persen.
Prospek Perbankan
Setelah laporan keuangan kuartal I-2025 dirilis, perhatian investor kini tertuju pada prospek Net Interest Margin (NIM) perbankan, khususnya bank-bank BUMN yang mencatatkan pelemahan imbas dari kenaikan biaya dana (funding cost).
Dalam riset tertanggal 19 Mei 2025, CGS International mencatat, meskipun investor memahami pola musiman, mereka tetap mencari katalis positif yang dapat memperbaiki likuiditas simpanan mulai kuartal II-2025 hingga kuartal IV-2025.
Menurut CGS, potensi perbaikan bisa datang dari jatuh tempo Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dalam beberapa bulan ke depan, serta percepatan realisasi belanja pemerintah. Keduanya diperkirakan dapat membantu menekan biaya dana perbankan.
Namun demikian, kekhawatiran pasar tidak hanya terbatas pada NIM. Kualitas aset dan pertumbuhan kredit juga menjadi perhatian, terutama dengan latar belakang daya beli domestik yang melemah. Meski begitu, CGS percaya bank-bank masih dapat mencapai target yang telah ditetapkan untuk kedua indikator tersebut.
Di sisi lain, CGS memperkirakan perbankan cenderung membentuk cadangan (provisi) secara konservatif sepanjang tahun ini. Hal ini membuat kemungkinan biaya kredit (credit cost) lebih rendah dari proyeksi menjadi kecil, berbeda dari tren beberapa tahun sebelumnya.
CGS menilai, perbaikan NIM akan menjadi katalis penting untuk re-rating sektor perbankan dalam jangka pendek. Sementara itu, penguatan dan stabilisasi nilai tukar rupiah dapat mendorong masuknya arus dana asing tambahan ke pasar saham Indonesia.
Setelah laporan kinerja kuartal pertama yang cenderung lemah, konsensus Bloomberg dinilai telah memangkas asumsi proyeksi kinerjanya. Meski begitu, CGS tetap mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan. Potensi penurunan suku bunga lanjutan menjadi salah satu faktor yang diyakini dapat mendukung perbaikan NIM bank-bank ke depan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.