MARKET NEWS

Empat Saham Kompak Masuk Radar Pantauan Bursa, Ini Penyebabnya

Fiki Ariyanti 17/01/2025 09:25 WIB

BEI tengah memantau ketat saham empat emiten. Ini daftar sahamnya.

Empat Saham Kompak Masuk Radar Pantauan Bursa, Ini Penyebabnya (foto mnc media)

IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memantau saham empat emiten karena seluruh saham mengalami lonjakan harga di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).

Empat saham itu adalah PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), PT Graha Prima Mentari Tbk (GRPM), PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH), dan PT Aman Agrindo Tbk (GULA).

"Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham tersebut, Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham tersebut," tulis pengumuman Bursa, Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Pada perdagangan Kamis kemarin, saham WIFI ditutup melesat 24,49 persen di Rp915. Dalam sepekan, saham WIFI atau dikenal dengan Surge sudah melejit 132,23 persen dan melonjak 125,37 persen dalam sebulan. 

Saham GRPM pun berakhir di zona hijau dengan penguatan 9,30 persen ke Rp94 atau menembus auto reject atas (ARA). Harga saham emiten distributor Coca-Cola itu sudah naik 30,56 persen dalam sepekan, dan melesat 91,84 persen dalam sebulan. 

Begitupula dengan saham DOOH yang ditutup melompat tinggi 20,99 persen ke Rp98. Saham emiten penyedia jasa periklanan itu telah melambung 81,48 persen dalam seminggu dan terkerek naik 78,18 persen dalam sebulan. 

Senasib, saham GULA juga menguat, bahkan mentok ARA di Rp515 pada Kamis lalu. Harga saham emiten produsen gula tersebut naik 56,06 persen dalam sebulan dan naik 49,71 persen dalam sebulan.

Bursa menegaskan, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Namun demikian, investor diimbau untuk memerhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi Bursa; mencermati kinerja emiten dan keterbukaan informasinya.

"Selain itu, mengkaji kembali rencana corporate action emiten apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS, serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi," kata Bursa. 

(Fiki Ariyanti)

SHARE