Era 'Durian Runtuh' Tamat, Harga Batu Bara Ambrol 16,38 Persen
Harga batu bara di bursa Newcastle anjlok 16,38% di USD191,50 per ton.
IDXChannel - Harga batu bara mengalami penurunan cukup signifikan. Tercatat pada penutupan Kamis (9/2) waktu setempat, harga emas hitam periode Maret 2023 di bursa Newcastle anjlok 16,38% di USD191,50 per ton
Penurunan ini sekaligus menandai batu bara pamit dari level USD200 per ton, kendati pada penutupan terakhir sempat bertahan di level USD229 per ton. Sinyal bearish ini juga menunjukkan ada penurunan sebesar 18,63% dalam lima hari terakhir.
Sejumlah faktor ekonomi membayangi penurunan harga energi fosil ini sehingga menghasilkan tekanan jual. Ekspektasi terhadap perlambatan ekonomi global ditambah penurunan harga gas alam, serta peningkatan pasokan membawa batu bara kian tergerus.
Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat memperkirakan, penggunaan batu bara untuk energi di pembangkit listrik AS akan berkurang 2% pada 2023. Namun, EIA memperkirakan, ekspor batu bara AS akan meningkat sekitar 2% pada 2023, didorong untuk memenuhi permintaan yang meningkat di Eropa dan Asia.
“Bahkan ketika permintaan global untuk batu bara meningkat, kami memperkirakan berkurangnya permintaan energi di AS akan menyebabkan berkurangnya produksi batu bara di Amerika Serikat tahun ini dan 2024,” kata Administrator EIA, Joe DeCarolis, ditulis Jumat (10/2/2023)
Analisa JPMorgan Sekuritas pada akhir pekan lalu mencatat, penurunan harga gas alam menciptakan tekanan terhadap harga batu bara berkalori tinggi. Di sisi lain, batu bara kalori rendah yang banyak di Indonesia ikut terbebani lantaran pasokan yang relatif tinggi ditambah permintaan impor yang terbatas.
Produksi batu bara Indonesia pada 2023 diperkirakan mencapai 695 juta ton, alias lebih tinggi 1% yoy dari realisasi produksi 2022 sebanyak 687 juta ton.
Pemulihan ekonomi China menjadi salah satu harapan peningkatan permintaan batu bara. Diketahui Australia telah mendaratkan dua kapal kargo curah untuk mengangkut batu bara ke China untuk pertama kalinya sejak Beijing menutup wilayah mereka.
Melansir Reuters, Jumat (10/2), setidaknya ada total 7 kapal Australia yang mengantre untuk masuk wilayah China.
Namun, persediaan batu bara yang meningkat di sejumlah pelabuhan China, terutama di utara, menyisakan ruang terbatas bagi pasokan baru, yang berarti pembeli menghadapi risiko demurrage yang semakin besar jika proses bea cukai ditunda.
Stok batu bara di pelabuhan utama di China utara mencapai 34,65 juta ton minggu ini, yang notabene level tertinggi dalam enam bulan terakhir, sebagaimana tersaji dalam data Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China.
(FAY)