MARKET NEWS

Era Suku Bunga Tinggi, Intip Sektor Saham Paling Legit di Kuartal II 2023

Fiki Ariyanti 08/05/2023 19:13 WIB

DBS Group Research menilai Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 bps di Mei 2023. Bagaimana prospek saham di kuartal II ini?

Era Suku Bunga Tinggi, Intip Sektor Saham Paling Legit di Kuartal II 2023 (Foto MNC Media)

IDXChannel - DBS Group Research menilai Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 bps di Mei sebelum mengakhiri peningkatan saat suku bunga acuan mencapai 5,25 persen. 

Suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama akan memperlambat pertumbuhan, sementara inflasi belum cukup rendah bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.

"Terlepas dari ketidakjelasan pertumbuhan ekonomi, kami yakin sekarang adalah saat tepat bagi pemodal untuk menginvestasikan kelebihan dana tunai di perusahaan bermutu tinggi untuk meraih keuntungan lebih besar dalam waktu lebih lama," menurut catatan DBS CIO Insight 2Q23 di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Contohnya adalah perusahaan perusahaan yang memiliki skala ekonomi (mampu melakukan penghematan selagi meningkatkan skala produksi) dan perusahaan dengan waralaba merek kuat yang dapat membebankan kenaikan biaya produksi ke konsumen akhir mereka.

DBS Group Research telah meningkatkan pandangan overweight (kinerja akan membaik) atas ekuitas China seiring dengan penguatan menyusul pembukaan kembali perekonomiannya. 

"Kami menurunkan peringkat ekuitas AS dan Jepang menjadi Netral, dengan mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih tinggi dalam waktu lebih lama di AS, dan pelonggaran kontrol kurva imbal hasil Jepang (YCC)," ujarnya.

Dalam risetnya, untuk ekuitas pasar negara berkembang, DBS mengungkapkan, upah yang relatif tinggi, ditambah dengan kembalinya kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama akan membebani prospek ekuitas AS dalam beberapa bulan mendatang. Dengan angka inflasi dan penjualan ritel lebih kuat daripada yang diharapkan pada Januari, Bank Sentral AS terpaksa mempertahankan kebijakan moneter ketat. 

Namun, krisis perbankan baru-baru ini menyebabkan pengetatan di sektor keuangan dan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunganya, membuat pasar berada dalam posisi sulit. 

Dalam menavigasi upah yang tinggi dan suku bunga lebih tinggi dalam waktu lebih lama, investasikan dana di perusahaan yang dapat
membebankan kenaikan biaya ke konsumen serta saham-saham dengan pertumbuhan berkualitas dan obligasi dengan peringkat investasi (atau obligasi dengan peringkat tinggi).

Di Eropa, kondisi keuangan yang ketat, akibat lonjakan harga energi, konflik Rusia-Ukraina, siklus kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) di tengah inflasi masih tinggi, akan memperlambat momentum pertumbuhan. 

"Meskipun gambaran makro di Eropa terlihat menakutkan, kami percaya bahwa investasi di bidang spesifik, seperti, sektor barang mewah, semikonduktor, dan energi, akan mendorong kinerja di atas rata-rata. Di pasar bergejolak, memiliki saham perawatan kesehatan dengan nilai beta rendah juga akan meningkatkan ketahanan portofolio," berdasarkan laporan.

Sementara itu, untuk prospek ekuitas Asia kecuali Jepang, menurut gambaran DBS, langkah tegas China membuka kembali perekonomiannya telah menumbuhkan optimisme baru dalam pendapatan dan profitabilitas perusahaan. 

"Setelah eksodus dana investasi dari portofolio investasi China, kami memperkirakan investor akan mulai menambah kepemilikan di saham dan pasar modal untuk memberikan imbal hasil menarik selama dua tahun ke depan," terangnya.

DBS menegaskan kembali pandangan Overweight untuk Asia, tidak termasuk Jepang. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan mitra dagang utama bagi banyak negara, perubahan haluan China akan secara signifikan mengurangi hambatan yang telah membayangi kawasan itu. 

"Di sisi pertumbuhan, kami merekomendasikan tema dan manfaat yang mengikuti tren sekuler dan pembukaan kembali; yaitu ekonomi digital, desain IC, e-Commerce, merek konsumen, pariwisata, asuransi, dan peserta investasi aset tetap yang dikendalikan pemerintah," laporan DBS CIO Insight.

"Dari sisi pendapatan, kami condong kepada sektor dan perusahaan yang menunjukan kemampuan membagikan dividen terus menerus dengan imbal hasil menarik. Itu termasuk S-REITs (investasi real estate di Singapura), yang menunjukkan stabilitas pendapatan dan rasio pembayaran, serta perusahaan keuangan berkemampuan besar di China dan ASEAN," tandasnya.

(FAY)

SHARE