MARKET NEWS

Garuda Indonesia (GIAA) Rugi Rp2,36 Triliun di Semester I-2025

Rahmat Fiansyah 23/09/2025 20:50 WIB

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat rugi bersih pada semester I-2025 mencapai USD143,7 juta.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat rugi bersih pada semester I-2025 mencapai USD143,7 juta. (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat kenaikan rugi bersih pada semester I-2025 di tengah tingginya beban operasional dan pemeliharaan armada.

Sepanjang Januari-Juni, emiten dengan kode GIAA itu rugi USD143,7 juta atau setara Rp2,36 triliun. Kerugian itu membengkak 41 persen dibandingkan periode yang sama 2024 sebesar USD100 juta.

Dalam laporan keuangan auditan yang diterbitkan Selasa (23/9/2025), pendapatan usaha Garuda turun 4,5 persen menjadi USD1,55 miliar. Seluruh segmen turun, termasuk penerbangan berjadwal yang menyumbang 76 persen terhadap pendapatan.

Beban usaha Garuda tercatat tinggi mencapai USD1,5 miliar. Beban operasional penerbangan menembus USD765 juta serta beban pemeliharaan dan perbaikan mencapai USD319 juta. Kedua pos ini berkontribusi 72 persen terhadap total beban usaha Garuda.

Selain itu, Garuda juga menanggung beban keuangan yang mencapai USD251 juta. Alhasil,  rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD143,7 juta.

Dari sisi operasional, Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim mengungkapkan, maskapai melayani hingga 5,37 juta penumpang dalam paruh pertama tahun ini. Angka ini naik 104 ribu secar tahunan.

"Kapasitas kursi yang disediakan ikut meningkat 133 ribu menjadi 6,85 juta kursi," katanya.

Hingga 30 Juni 2025, Garuda mengoperasikan 58 pesawat dengan rincian 40 pesawat berbadan sempit (narrow body) dan 18 pesawat berbadan lebar (wide body). Sementara rute yang dilayani mencapai 70 dengan rincian 50 rute domestik dan 20 rute internasional.

Reza memperkirakan pangsa pasar Garuda mencapai 11,2 persen pada 2025. Angka ini lebih baik dibandingkan titik terendah 2022 sebesar 8,8 persen meski masih jauh dari posisi 2019 yang mencapai 19,1 persen.

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE