Gejolak Perbankan Mereda, Dolar Melemah, Emas Berpotensi Rebound
Dolar AS melemah pada perdagangan Eropa. Selasa (28/3) seiring kembalinya kepercayaan pada sektor perbankan global melemahkan permintaan greenback Paman Sam.
IDXChannel - Dolar AS melemah pada perdagangan Eropa, Selasa (28/3) seiring kembalinya kepercayaan pada sektor perbankan global melemahkan permintaan greenback Paman Sam tersebut.
Pada pukul 15.00 WIB, indeks dolar AS (DXY) melemah 0,27% ke level 102,59 poin. Pada pembukaan perdagangan hari ini, indeks yang membandingkan dolar AS terhadap enam mata uang lainnya, diperdagangkan 0,2% lebih rendah pada level 102,32.
Melemahnya dolar diikuti oleh meredanya gejolak perbankan global ditandai dengan meningkatnya indeks bank S&P 500 yang naik 3,1% pada Senin (27/3). Ini juga didukung sentiment rencana akuisis Sillicon Valley Bank oleh First Citizens BancShares (FCNCA).
Melemahnya dolar juga disebabkan laporan dari Bloomberg bahwa otoritas AS sedang mempertimbangkan lebih banyak dukungan untuk sistem perbankan.
Tanda-tanda stabilitas di sektor keuangan telah mengurangi permintaan dolar, yang biasanya dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di saat adanya tekanan ekonomi.
Indeks dolar telah naik ke level tertinggi dalam tiga bulan terakhir di level 105,88 pada 8 Maret lalu, sesaat sebelum meluncur ke level terendah 101,91 minggu lalu karena sentimen perbankan yang terus bergulir dalam tiga pekan terakhir.
Turbulensi di sektor perbankan juga telah mengubah ekspektasi pasar terhadap kemungkinan jalur kenaikan suku bunga The Federal Reserve lanjutan.
Lemahnya dolar juga berdampak pada kuatnya rupiah. Pada perdagangan Selasa (28/3), rupiah dibuka menguat 48 poin atau 0,32% ke posisi Rp15.115 per dolar AS. Ini lebih kuat jika dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.163 per dolar AS.
Di tengah penurunan dolar, indeks emas berjangka terpantau naik, tetapi emas spot masih mengalami penurunan.
Harga emas naik di awal perdagangan Asia pada Selasa (28/3), tetapi masih jauh di bawah level tertinggi baru-baru ini karena kenaikan indeks harga saham dan harapan meredanya krisis perbankan AS. Kondisi ini membuat investor menjauh dari aset safe haven.
Gold futures terpantau naik 0,03% di level 1.971,9, sementara emasi di pasar spot masih lesu terkoreksi minus 0,14% di level 1.953,74 pada pukul 15.15 WIB, Selasa (28/3).
Logam mulia ini menurun karena karena jaminan stabilitas sektor perbankan yang membantu meredakan kekhawatiran atas penularan yang lebih luas.
Ketidakmampuan emas untuk mempertahankan level psikologis USD2.000 juga memicu taruhan bahwa logam kuning ini akan mengalami fase konsolidasi dalam beberapa hari mendatang.
Namun, menurut Investing, pelemahan dolar menawarkan beberapa peluang untuk harga emas ke depan, karena pasar juga bertaruh bahwa The Fed akan kekurangan ruang yang cukup untuk terus menaikkan suku bunga.
"Harga emas tergelincir di tengah imbal hasil yang lebih tinggi dan peningkatan selera risiko. Jika turbulensi di bank mereda, kita bisa melihat emas rebound ke level kenaikan tertingginya baru-baru ini,” kata Craig Erlam, analis di platform perdagangan online OANDA. (ADF)