MARKET NEWS

Getol Garap Pasar Luar Jawa, Mitratel (MTEL) Bukukan Laba Bersih Rp1,02 T

Taufan Sukma/IDX Channel 29/07/2023 22:26 WIB

Segmen bisnis tower menjadi penopang utama bisnis perusahaan, dengan kontribusi terhadap pendapatan mencapai 93,2 persen.

Getol Garap Pasar Luar Jawa, Mitratel (MTEL) Bukukan Laba Bersih Rp1,02 T (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel sukses membukukan hasil kinerja positif di sepanjang semester I-2023 lalu.

Hal tersebut diklaim tidak lepas dari pilihan strategi perusahaan untuk fokus dalam membangun infrastruktur telekomunikasi, terutama di luar Pulau.

Akuisisi menara dan perluasan jaringan serat optik yang gencar dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, tidak hanya berhasil meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan, namun juga membantu pertumbuhan ekosistem industri telekomunikasi di Tanah Air.

Sepanjang periode enam bulan pertama tahun ini, Mitratel sukses meraup laba bersih sebesar Rp1,02 triliun.

Capaian tersebut meningkat 14,7 persen dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat masih sebesar Rp892 miliar.

"Pertumbuhan laba ditopang oleh kenaikan jumlah tenant, monetisasi bisnis serta peningkatan efisiensi kinerja perusahaan," ujar Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, dalam keterangan resminya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan, pendapatan Mitratel pada semester I-2023 tercatat sebesar Rp4,13 triliun, atau tumbuh sebesar 10,8 persen secara tahunan (year on year/YoY).

Segmen bisnis tower menjadi penopang utama bisnis perusahaan, dengan kontribusi terhadap pendapatan mencapai 93,2 persen.

Sedangkan segmen bisnis Mitratel lainnya (tower related business) semakin berkurang kontribusinya dengan porsi sebesar 6,8 persen terhadap keseluruhan pendapatan.

Menurut Theodorus, kinerja keuangan perseroan pada Semester I-2023 on the track dengan rencana bisnis yang telah dicanangkan.

Pertumbuhan pendapatan merupakan hasil dari strategi perseroan dalam melakukan ekspansi menara, penambahan tenant, serta monetisasi segmen bisnis lainnya, seperti Tower Fiberization.

"Kami mulai memetik hasil dari ekspansi yang tercermin pendapatan yang tumbuh secara stabil dan berkelanjutan," tutur Theodorus.

Mitratel pada akhir Semester I-2023 memiliki 36.719 menara meningkat 27,6 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Terdapat penambahan menara baru sejumlah 1.301 yang mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.

Sejalan dengan peningkatan jumlah menara, jumlah tenant meningkat 24,6% menjadi 54.718 tenant.

Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.354 di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58 persen dari total menara. 
Dari sisi tenancy, penambahan tenant di luar jawa sebesar 26 persen, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22 persen.

"Kami meyakini tenancy ratio di luar Jawa akan terus meningkat seiring pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang mendorong operator seluler di Indonesia untuk terus berekspansi," ungkap Theodorus.

Pada akhir Juni 2023 total aset fiber optic milik Mitratel tercatat 27.269 km termasuk hasil dari akuisisi fiber sepanjang 6.012 km pada akhir 2022. Hal ini menjadi pendorong penambahan pendapatan sebesar Rp86 miliar dari bisnis tower fiberization.

Mitratel juga sedang menggarap bisnis Power as a Service (PaaS). Theodorus mengatakan model bisnis PaaS ini adalah penyediaan sumber energi baik untuk catu daya utama (main power) maupun sebagai cadangan (Backup Power) ke perangkat-perangkat aktif operator telekomunikasi.
 
Kombinasi dari pertumbuhan pendapatan dan peningkatan efisiensi mendorong EBITDA Mitratel pada Semester I-2023 mencapai Rp3,35 triliun, meningkat 16,1 persen secara yoy. Rasio EBITDA Margin membaik menjadi 81,2 persen dibandingkan setahun sebelumnya 77,5 persen.

Mitratel pada akhir Juni 2023 membukukan kenaikan aset sebesar 1,3 persen menjadi Rp56,79 triliun yang dikontribusi oleh akuisisi dan pembangunan menara baru secara organik. Debt to equity ratio (DER) tercatat 47,3 persen yang mencerminkan rasio utang yang sehat.

"Bisnis menara memang masih menghadapi sejumlah tantangan seperti suku bunga tinggi, inflasi dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi. Tetapi kami sudah menyiapkan sejumlah strategi dan mitigasi agar perseroan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan sehingga dapat terus memberikan nilai tambah bagi para shareholders," tegas Theodorus. (TSA)

SHARE