MARKET NEWS

GOTO Kian Ditinggal Investor, Masuk Jajaran Saham Paling Banyak Dilego Asing Sepekan

Maulina Ulfa - Riset 15/10/2023 18:46 WIB

Emiten bank big cap BBCA menduduki peringkat teratas net sell sepekan lalu diikuti oleh GOTO yang dalam sepekan terakhir sahamnya juga merosot.

GOTO Kian Ditinggal Investor, Masuk Jajaran Saham Paling Banyak Dilego Asing Sepekan

IDXChannel - Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 9 hingga 13 Oktober 2023 ditutup bervariasi. Di tengah kondisi ini, tercatat sejumlah saham paling banyak dilego asing.

Adapun dalam sepekan terjadi peningkatan rata-rata volume transaksi harian sebesar 7,66 persen menjadi 19,51 miliar lembar saham dari 18,12 miliar lembar saham pada sepekan yang lalu. 

Kapitalisasi pasar BEI pekan ini juga meningkat 2,99 persen menjadi Rp10.562 triliun dari Rp10.255 triliun pada pekan sebelumnya. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan sebesar 0,56 persen menjadi 6.926,780 dari 6.888,518 pada penutupan pekan yang lalu. 

Rata-rata nilai transaksi harian pada pekan ini juga menurun sebesar 2,04 persen menjadi Rp10,11 triliun dari Rp10,32 triliun pada pekan sebelumnya. 

Rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa mengalami perubahan sebesar 3,04 persen menjadi 1.197.523 kali transaksi dari 1.235.080 pada pekan yang lalu. 

Investor asing terlihat mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp124,68 miliar pada perdagangan Jumat (13/10/2023) di pasar reguler.

Adapun sepanjang 2023, investor asing telah mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp5,2 triliun.

Tercatat emiten bank big cap BBCA menduduki peringkat teratas net sell sepekan lalu diikuti oleh GOTO yang dalam sepekan terakhir sahamnya juga merosot.

1. BBCA

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), emiten milik salah satu orang terkaya di Indonesia, Hartono bersaudara kerap nangkring di jajaran emiten paling banyak dilego asing. 

Untuk pekan ini, BBCA mengalami net sell asing di pasar reguler mencapai Rp300,4 miliar.

Saham BBCA menguat tipis sepekan sebesar 0,55 persen di level Rp9.075 per lembar saham. Meski demikian, BBCA masih menjadi emiten dengan market cap terbesar di BEI mencapai Rp1.118,72 triliun.

2. MEDC

Di urutan kedua, ada emiten migas milik keluarga Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang juga mencatat beli asing mencapai Rp248 miliar dalam sepekan terakhir.

Emiten yang bergerak di bisnis energi fosil ini mengalami kenaikan kinerja saham sebesar 11,15 persen dalam sepekan. Di pasar global, harga minyak kembali menguat setelah pecahnya perang Israel-Palestina yang cukup memberi sentimen bullish bagi emiten migas seperti MEDC.

3. BMRI

Di urutan ketiga, emiten bank big cap, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan net sell asing dengan nilai sebesar Rp136,9 miliar. Otomatis, nilai kapitalisasi pasar BMRI menjadi Rp567 triliun.

Dalam perdagangan sepekan, saham BMRI ditutup menguat tipis 0,83 persen di level Rp6.075 per lembar saham. Secara year to date (ytd), saham BMRI menguat 22,42 persen.

4. ADRO

Di urutan keempat, saham yang terafiliasi dengan keluarga Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dijual asing senilai Rp105 miliar. 

Saham ADRO menguat 2,26 persen dalam sepekan. Secara ytd kinerja saham ADRO tertekan 29,61 persen.

5. GOTO

Di urutan ke lima, saham yang paling banyak dijual oleh asing adalah milik emiten PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). 

Asing mencatatkan penjualan sebanyak Rp95,1 miliar di pasar regular untuk emiten join venture antara Gojek dan Tokopedia ini. 

Pekan ini menjadi pekan yang sulit bagi GOTO karena sahamnya terus melorot. Saham GOTO ditutup anjlok 8,22 persen di level Rp67 per lembar saham. 

Penurunan tersebut terus terjadi dalam sepekan terakhir yang secara kumulatif anjlok 20,24 persen. Adapun secara ytd, saham GOTO juga sudah susut 26,37 persen.

Salah satu alasan saham GOTO anjlok adalah aksi jual yang masif. Dilaporkan salah satu investor besar yang menjual saham GOTO justru merupakan pimpinan GOTO, yakni William Tanuwijaya, Komisaris GOTO sekaligus Founder Tokopedia telah menjual saham emiten e-commerce dan ride-hailing  tersebut.

Dalam keterangannya, William melego 332,22 juta saham Seri A yang dimiliki secara langsung dan tidak langsung. Jumlah ini setara 0,03 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.

Adapun harga penjualan rata-rata berada di level Rp78,89 per saham yang dilakukan dalam kurun waktu 9-13 Oktober 2023. Dalam aksi ini, dia mendapat dana segar Rp26,2 miliar.

"Tujuan dari transaksi adalah kebutuhan penting untuk pribadi," kata William, Jumat (13/10/2023).

Mengutip data RTI Business, tekanan jual asing pada saham GOTO juga terpantau cukup tinggi, terutama para investor asing.

Dalam tiga bulan terakhir, asing menjual saham GOTO (net sell) senilai Rp1,96 triliun di pasar reguler. Dalam sebulan terakhir, asing juga menjual Rp749,3 miliar dan dalam sepekan terakhir, asing menjual Rp95,12 miliar.

Padahal, GOTO baru saja resmi menuntaskan penambahan modal melalui skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement.

Dari total saham baru yang diterbitkan, induk layanan digital transportasi hingga e-commerce ini mengenggam dana Rp1,5 triliun.

Adapun dalam rencana private placement, berdasarkan keterangan manajemen, perseroan menerbitkan 17.045.733.334 saham Seri A, dengan harga pelaksanaan Rp90 per saham.

"Tanggal pencatatan saham baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Oktober 2023," kata manajemen, Kamis (12/10).

Bhinneka Holdings (22) Limited menjadi pihak yang mengambil bagian dalam private placement. Dengan tuntasnya aksi korporasi ini, Bhinneka kini menguasai 0,64 persen saham dari total jumlah modal ditempatkan dan disetor perseroan.

Entitas berbadan hukum Kepulauan Cayman itu berada dalam jajaran pemegang saham non-multiple voting share (MVS) GOTO. Sebagai catatan, non-MVS adalah pemegang saham yang tidak memiliki hak suara multipel.

Posisi Bhinneka bersanding dengan sejumlah entitas non-MVS lain, antara lain GoTo Peopleverse Fund sebesar 2,64 persen, SVT GT Subco (Singapore) Pte Ltd 3,45 persen, Taobao China Holding Limited 3,94 persen, hingga pemegang saham di bawah 5 persen (publik) sebanyak 31,50 persen.

Dalam keterangan resminya, GOTO menyebut, secara bersamaan Bhinneka menerbitkan obligasi bersifat ekuitas kepada International Finance Corporation (IFC) dan WAF Investments Cayman LLC, sebuah entitas yang dimiliki oleh Franke & Company.

"Obligasi bersifat ekuitas ini dapat ditukarkan menjadi saham perseroan yang dimiliki oleh Bhinneka Holdings," ujar manajemen GOTO.

Sebagai informasi, IFC merupakan bagian dari Grup Bank Dunia dan lembaga pembangunan global terbesar dengan fokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. IFC mengumumkan kemitraan dengan GOTO melalui kesepakatan investasi sampai dengan USD150 juta, setara Rp2,3 triliun.

SHARE