Harga Batu Bara Diproyeksi Redup pada 2025, Cuan Emitennya Bakal Tertekan
Harga batu bara diproyeksikan terus mengalami penurunan pada 2025 seiring dengan normalisasi harga di pasar global.
IDXChannel - Harga batu bara diproyeksikan terus mengalami penurunan pada 2025 seiring dengan normalisasi harga di pasar global.
Estimasi harga batu bara Newcastle diperkirakan rata-rata mencapai USD110 per ton sepanjang 2025, atau lebih rendah dibandingkan USD135,7 per ton pada 2024.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan menilai, penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya produksi dalam negeri China, sehingga membuat harga si emas hitam ini jatuh pada kuartal IV-2024.
Di sisi lain, terdapat potensi kembalinya pasokan batu bara dari Rusia dan Australia.
“Kami melihat tingkat persediaan yang tinggi di China, di tengah meningkatnya produksi dalam negeri sebagai penyebab utama di balik harga yang lemah pada kuartal IV-2024,” kata Erindra dalam Equity Research ‘Coal’, pada Kamis (13/3/2025).
Analis memperingatkan, harga batu bara berisiko terus turun dalam jangka panjang hingga menyentuh USD90 per ton.
Selain faktor pasokan, tingginya persediaan batu bara di pelabuhan-pelabuhan China turut membatasi kenaikan harga.
BRI Danareksa mencatat impor batu bara China tetap tinggi, tetapi tingkat persediaan yang besar membatasi pergerakan harga ke atas.
Laba Emiten Batu Bara Bakal Tertekan
Dari dalam negeri, Erindra menilai, Indonesia masih menjadi pemasok utama di pasar ekspor. Namun, dengan tren harga yang menurun, pendapatan perusahaan batu bara nasional diprediksi mengalami kontraksi yang signifikan.
Beberapa emiten yang bergantung pada harga tinggi akan menghadapi tantangan dalam mempertahankan margin keuntungan.
"Kami memperkirakan laba perusahaan batu bara yang tercatat di Bursa akan turun 25-33 persen pada 2025 akibat harga yang lebih rendah," kata Erindra.
Meskipun harga melemah, investor masih mempertimbangkan potensi keuntungan dari dividen yang ditawarkan oleh emiten batu bara. Secara umum rata-rata dividen yield sektor ini diprediksi mencapai 8-14 persen pada 2025.