Harga Batu Bara Tancap Gas, China Keluarkan Izin Pembangkit Listrik Baru
Harga batu bara acuan pasar ICE Newcastle mengalami lonjakan cukup signifikan pada perdagangan Rabu siang (9/2/2022).
IDXChannel - Harga batu bara acuan pasar ICE Newcastle mengalami lonjakan cukup signifikan pada perdagangan Rabu siang (9/2/2022).
Untuk kontrak Februari 2022, harga batu bara naik 3,25 poin atau 1,38% di USD239/ton dari penutupan sebelumnya di USD236/ton. Kinerja siang ini menambah kenaikan selama lima hari terakhir mencapai 9,70%.
Kontrak Maret 2022, harga batu bara melonjak 8,75 poin atau 4,05% di USD224,75/ton dari sesi kemarin di USD216/ton. Adapun selama lima hari terakhir, kontrak ini telah melejit 16,75%.
Kontrak April 2022, harga batu bara menguat 4,30 poin atau 2,22% di USD197,90/ton dari USD193,60/ton, menambah kenaikan lima hari terakhir sebesar 11,34%.
Persediaan komoditas batu bara yang ketat masih memberi tekanan terhadap harganya di tingkat global. Sejumlah konsumen mengantisipasi minimnya persediaan dengan memberikan persetujuan untuk memakai kembali bahan bakar fosil tersebut.
Baru-baru ini, Provinsi Zhejiang, China menyetujui pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara senilai CNY 7 miliar dengan kapasitas pembangkit 2 GW.
Proyek pembangunan fase 2 PLT Liuheng ini terdiri dari dua unit yang diharapkan dapat membantu menyeimbangkan pasokan dan permintaan energi di provinsi tersebut, sebagaimana diumumkan Zhejiang Energy Group, dilansir Reuters, Rabu (9/2/2022).
Kelompok ini mempertegas bahwa selain menggunakan bahan bakar fosil, proyek baru ini juga akan melakukan transisi ke energi yang rendah karbon dengan meningkatkan efisiensi, tingkat pembangkitan pada 254 gram batu bara per kilowatt-jam, jauh lebih rendah dari rata-rata nasional 302,5 gram.
Seperti diketahui, China terus mendapat kecaman karena terus menyetujui pembangkit listrik tenaga batu bara baru. Presiden Xi Jinping sebelumnya pernah berjanji tidak akan ada pengurangan pemakaian batu bara setelah tahun 2025.
Pada akhir Januari lalu, Xi Jinping dalam rapatnya di depan sejumlah petinggi Partai Komunis China mengatakan bahwa ambisi menuju netral-karbon tidak serta-merta mengorbankan ketahanan energi dan pangan yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat.
"Mengurangi emisi bukan bukan berarti mengurangi produktivitas, dan ini bukan tentang tidak mengeluarkan emisi sama sekali," kata Xi seperti dikutip dari kantor berita Xinhua, Rabu (26/1).
China, sebagai negara menjadi sumber emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, saat ini sedang berada di bawah tekanan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi pemanasan global.
Namun, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan ekonomi, China masih mengkhawatirkan timbulnya risiko terhadap pekerjaan dan pertumbuhan, saat kebijakan pengurangan emisi dilakukan. (TIA)