MARKET NEWS

Harga Beras Naik, Saham HOKI dan NASI Melambung

TIM RISET IDX CHANNEL 08/09/2023 10:33 WIB

Saham dua emiten produsen beras PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) dan PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) kembali melonjak pada lanjutan sesi I Jumat (8/9).

Harga Beras Naik, Saham HOKI dan NASI Melambung. (Foto: Freepik)

IDXChannelSaham dua emiten produsen dan suplier beras PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) dan PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) kembali melonjak pada lanjutan sesi I Jumat (8/9/2023), di tengah harga beras yang sedang meninggi akhir-akhir ini.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.10 WIB, saham HOKI melesat 6,02 persen ke Rp141 per saham. Nilai transaksi perdagangan Rp16,78 miliar dan volume perdagangan 120,68 juta saham.

Saham emiten dengan brand HOKI dan Top Koki ini mengalami tren kenaikan sejak 28 Agustus lalu.

Dalam sepekan, saham HOKI melejit 15,57 persen dan dalam sebulan terbang 63,95 persen.

Kemudian, saham NASI melompat 6,17 persen ke Rp86 per saham, dengan nilai transaksi Rp2,68 miliar dan volume perdagangan 31,44 juta saham. Saham HOKI melanjutkan kenaikan beberapa hari sebelumnya.

Dalam seminggu, saham pemilik brand beras Dua Tani tersebut naik 7,41 persen dan dalam sebulan terangkat 17,57 persen.

Menurut data Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras premium di pedagang eceran berada di Rp14.370 per kg pada 8 September 2023. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan posisi pada Desember 2022 yang sebesar Rp12.910 per kg.

Kemudian, harga beras medium di pedagang eceran mencapai Rp12.690 per kg per 8 September 2023, lebih mahal daripada harga pada akhir tahun lalu yang mencapai Rp11.340 per kg.

Kendalikan Harga

Pemerintah pusat dan daerah didorong untuk segera mengendalikan harga beras di pasaran yang kini tengah meroket tajam. Tindakan yang cepat dan tepat diperlukan agar menjaga kesejahteraan masyarakat.

"Beras adalah salah satu makanan pokok di Indonesia, dan kenaikan harga beras dapat mempengaruhi harga pangan secara keseluruhan yang semakin berdampak pada masyarakat," kata Ketua DPR RI Puan Maharani, Jakarta, Rabu (6/9/2023).

Puan menilai kenaikan harga beras merupakan masalah serius yang harus ditangani dengan cermat oleh Pemerintah. Menurutnya, beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga stabilitas harga beras, melindungi masyarakat yang rentan, dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup untuk semua orang.

"Kenaikan harga beras di sejumlah kota di Indonesia dapat memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat. Harus ada respons cepat dari Pemerintah untuk mengendalikan harga beras sesegera mungkin, sehingga kenaikan ini tidak akan berdampak pada kenaikan harga pangan lainnya,” ujarnya.

Puan juga meminta Pemerintah daerah (Pemda) untuk memperhatikan komoditas lain yang mengalami kenaikan harga, seperti cabai rawit dan cabai merah. Dengan antisipasi yang tepat, diharapkan persoalan tidak berlarut-larut sekaligus untuk mencegah harga bahan pokok lain mengalami kenaikan harga.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui sebanyak 86 kota mengalami kenaikan harga beras. Kenaikan ini juga menjadi salah satu penyumbang inflasi yang tercatat secara year on year pada Agustus 2023 sebesar 3,27%. Kenaikan itu terjadi karena adanya kenaikan harga gabah baik GKP (Gabah Kering Panen) maupun GKG (Gabah Kering Giling).

Pada Agustus 2023, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp11.754 ribu per kg berdasarkan data BPS. Artinya ada kenaikan sebesar 1,88 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp11.475 ribu per kg atau naik sebesar 3,19 persen.

El Nino

Pengamat Pangan Universitas Pertanian Bogor (IPB) Sahara mengatakan, kemarau panjang yang disebabkan El Nino paling berpengaruh terhadap penurunan produktivitas petani dalam negeri. Bahkan produksi beras sepanjang tahun ini bakal berkurang sekitar 1,5 juta ton.

Di satu sisi, pemerintah kerap mendatang beras untuk menutup kebutuhan dalam negeri. Sedangkan negara yang menjadi langganan impor seperti India juga mulai menutup pintu ekspor, padahal India berkontribusi dalam pengadaan beras nasional sebesar 27%.

"Kenaikan harga beras itu diduga akan tetap terjadi, mengingat India sebagai negara eksportir beras itu menurun sehingga akan terus mendorong harga beras di dunia," kata dia dalam Market Review IDXChannel, Senin (4/9).

Dia menilai, adanya fenomena kelangkaan beras karena produksi dan stok menipis bakal memunnculkan pihak-pihak yang melakukan penimbunan beras, yang akan menjualnya ketika harganya naik.

Mengantisipasi hal tersebut, Sahara berharap pemerintah untuk bisa melakukan intervensi pasar. Dengan demikian, masyarakat tidak menhalami kelangkaan beras dan tidak terjadi penimbunan.

"Penting sekali bagi pemerintah untuk mewaspadai potensi terjadinya penimbunan karena beras ini kan komoditas pokok, ketika harga meningkat, jangan sampai ada orang yang melakukan penimbunan," tutur Sahara.

Menurutnya, konsumsi beras dalam negeri tergolong cukup besar, bahkan sekitar 82 kilogram per kapita per tahun, dengan jumlah penduduk sekitar 256 juta orang. Karena itu, pemerintah perlu menyiapkan cadangan beras yang cukup besar. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE