Harga CPO Berpotensi Naik, Intip Risiko dan Prospek Emiten Grup Triputra (DSNG)
Simak risiko dan prospek saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) di tengah melemahnya harga-harga komoditas.
IDXChannel - Harga-harga komoditas saat ini tengah dilanda kelesuan. Bagaimana dengan prospek saham perkebunan atau sawit, apakah masih menarik?
Salah satu emiten yang bergerak di bisnis pengolahan minyak kelapa sawit adalah PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG). Emiten Grup Triputra milik konglomerat TP Rachmat itu bergerak pada dua segmen usaha utama yakni, perkebunan sawit dan penjualan kayu.
Pendapatan perseroan disumbang melalui segmen industri minyak sawit sebesar Rp3,85 triliun (tumbuh 27,9% YoY) atau 88,4% dari total pendapatan. Disusul segmen industri produk kayu sebesar Rp504,6 miliar (melemah 35,4% YoY).
"Kami menilai positif perkembangan usaha perseroan, ditopang oleh peningkatan tren produksi dari FFB, potensi peningkatan harga CPO, serta lokasi kegiatan perseroan yang terintegrasi," tulis Panin Sekuritas dalam risetnya, Sabtu (12/8/2023).
"Selain itu, perseroan masih tergolong discounted secara valuasi dimana rasio Price to Book berada di level 0,8x atau 60% discount to peers (peers: 2,0x)," jelasnya.
Jika dilihat, tren produksi perseoran masih mengalami peningkatan. Mengenai kinerja operasional, produksi Fresh Fruit Bunch (FFB) DSNG mencapai 1,04 juta ton (naik 13,8% YoY) dengan rincian produksi FFB Nucleus mencapai 830,3 ribu ton (naik 15% YoY) dan produksi FFB Plasma naik menjadi 214,6 ribu ton (naik 9,6% YoY).
Ini sejalan dengan pemulihan berkelanjutan dari pohon kelapa sawit perseroan dan petani sawit plasma yang menjadikan Perseoan dapat membeli FFB eksternal lebih tinggi.
Kemudian, produksi CPO meningkat sebesar 23% YoY menjadi 304 ribu ton, diikuti kenaikan Sawit Produksi Kernel (PK) dan Palm Kernel Oil (PKO) secara tahunan masing-masing sebesar 21% dan 28% atau setara dengan 55.524 ton dan 18.250 ton.
Pendapatan perseroan naik ditopang kenaikan volume penjualan sawit. Pendapatan DSNG sepanjang kuartal II-2023 tercatat mengalami peningkatan, di mana mencapai Rp2,3 triliun (naik 10,9% QoQ) dan membawa pendapatan kumulatif semester I-2023 mencapai Rp4,4 triliun dengan GPM di level 24,2% (semester I-2023: 31,3%).
Pendapatan Perseroan disumbang melalui segmen industri minyak sawit sebesar Rp3,85 triliun (naik 27,9% YoY) atau 88,4% dari total pendapatan, disusul segmen industri produk kayu sebesar Rp504,6 miliar (merosot 35,4% YoY).
Sementara pada kuartal II ini, perseroan mencatatkan penurunan laba bersih Rp148 miliar (turun 30,8% QoQ; turun 42,7% YoY) yang membawa pendapatan pada semester I ini menjadi Rp362 miliar (anjlok 21,8% YoY).
Penurunan tersebut disebabkan karena adanya peningkatan beban penjualan dan beban umum dan administrasi masing-masing menjadi Rp209,3 miliar dan Rp202 miliar, serta adanya rugi dari perubahan nilai wajar aset biologis sebesar Rp44,9 miliar.
Hal ini seiring dengan estimasi harga per ton per meter kubik lebih rendah dikarenakan penurunan harga CPO pada semester I-2023, serta peningkatan estimasi biaya perawatan, panen, hingga transportasi.
"Kami menilai harga CPO global dapat mengalami sedikit kenaikan di kisaran level MYR4.000 per ton (saat ini MYR3.700)," menurut riset tersebut.
Potensi kenaikan harga CPO ditopang oleh sentimen tensi geopolitik di Eropa Timur yang masih meningkat yang ditandai dari serangan Rusia ke pelabuhan di wilayah Laut Hitam, peningkatan suhu cuaca yang berpotensi mengganggu kegiatan panen, serta peningkatan permintaan dari India dan China dua bulan terakhir.
"Kami menilai positif prospek usaha DSNG yang solid di masa depan yang ditopang oleh peningkatan tren produksi dari FFB, potensi peningkatan harga CPO, serta lokasi kegiatan Perseroan yang terintegrasi," riset tersebut mengungkapkan.
"Namun patut dicermati risiko cuaca El Nino yang dapat mengganggu kegiatan produksi di lahan sawit seiring dengan kekeringan yang massif," sambungnya.
"Selain itu, perseroan masih tergolong discounted secara valuasi, di mana rasio Price to Book berada di level 0,8x atau 60% discount to peers (peers: 2,0x) dan Price to Earnings berada di level 5,8x atau 72% discount to peers (peers: 21,1x)," tutup riset Panin Sekuritas.
(FAY)