Harga CPO Naik 6 Persen Sepekan Imbas Kekhawatiran Pasokan
Harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) berjangka Malaysia kembali bertenaga pada perdagangan Rabu (24/1/2024).
IDXChannel - Harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) berjangka Malaysia kembali bertenaga pada perdagangan Rabu (24/1/2024).
Kenaikan harga CPO mencapai 1,06 persen secara harian di level MYR 3990 per ton dan sudah naik 5,95 persen secara mingguan, berdasarkan data Trading Economics.
Kenaikan harga CPO mempertahankan momentum kenaikan untuk dua hari berturut-turut di tengah kekhawatiran bahwa cuaca buruk dapat mengganggu produksi di negara-negara produsen utama. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di negara eksportir utama Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini akan terjadinya hujan lebat disertai angin kencang pada minggu ini, yang melibatkan beberapa wilayah penghasil minyak sawit.
Secara terpisah, Departemen Meteorologi Malaysia mengeluarkan peringatan hujan terus menerus dengan tingkat parah di beberapa daerah di negara bagian Terengganu.
Permintaan yang kuat dari China menjelang festival Tahun Baru Imlek terus meningkatkan sentimen. Sementara itu, produksi minyak sawit di Malaysia diperkirakan turun pada bulan Januari, meskipun penurunan produksi selama 1-20 Januari lebih kecil dari proyeksi awal yaitu penurunan sebesar 15 hingga 18 persen.
Kuala Lumpur telah mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada bulan Februari sebesar 8 persen dan memotong harga referensinya. Sementara pasar Malaysia akan tutup pada hari Kamis (25/1) karena hari libur.
Menurut S&P Global Commodity Insight pada 22 Desember 2023, harga minyak sawit rata-rata diperkirakan akan lebih tinggi secara global pada tahun 2024. Ini karena stagnasi produksi di negara produsen utama, Indonesia dan Malaysia. Serta, meningkatnya permintaan akan penggunaannya dalam pembuatan biodiesel akan menekan pasokan di tahun mendatang.
Pada 2024, harga minyak sawit mentah berjangka bulan ketiga di bursa komoditas Malaysia diperkirakan rata-rata sebesar MR4,000/mt (USD856,44/mt), menurut perkiraan median dari 11 pasar dan lembaga pemerintah yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights.
Kontrak acuan minyak sawit tahun lalu rata-rata mencapai MR3.798/mt alias turun 23 persen dari tahun 2022, dan sebagian besar sejalan dengan perkiraan harga S&P Global sebesar MR3.800/mt pada 3 Januari 2023.
Di pasar fisik, Platts memperkirakan harga rata-rata Minyak Sawit Mentah FOB Indonesia adalah USD892,2/mt, menurut data S&P Global.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi harga minyak sawit pada tahun 2024 termasuk adanya “wildcard” El Nino, peningkatan permintaan biodiesel, permintaan pangan yang kuat dan pertumbuhan produksi yang rendah.
Perkiraan Produksi Tidak Berubah
Produksi minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia, yang menyumbang sekitar 85 persen pasokan minyak sawit dunia, mungkin akan mengalami peningkatan yang tidak signifikan pada tahun 2024. Kondisi ini karena cuaca kering dan kurangnya perkebunan baru yang membatasi peluang pertumbuhan pasokan.
Produksi minyak sawit Indonesia kemungkinan akan tetap stabil pada tahun ini sebesar 48,5 juta mt pada tahun 2024, sementara produksi Malaysia diperkirakan akan mencapai sekitar 18,5 juta mt pada tahun ini.
Prakiraan badan cuaca juga mengkonfirmasi pola cuaca El Nino ringan terjadi pada tahun 2023 dan 2024, yang menyebabkan cuaca lebih kering dan curah hujan lebih rendah di Asia Tenggara.
El Nino masih menjadi faktor penentu harga CPO pada tahun 2024 dan dampaknya terhadap hasil minyak sawit hanya akan terlihat dalam 10-12 bulan, kata Ivy Ng, analis perkebunan CIMB Investment Bank Bhd.
Selama El Nino yang lebih parah pada tahun 2015-2016, hasil panen kelapa sawit turun sebesar 17 persen di Indonesia dan 9 persen di Malaysia. (ADF)