MARKET NEWS

Harga Emas Bertahan di Atas USD3.300, Proyeksi Sepekan Tetap Bullish

TIM RISET IDX CHANNEL 26/05/2025 07:05 WIB

Para pelaku pasar memprediksi tren kenaikan harga emas bertahan hingga musim gugur dan musim dingin mendatang.

Harga Emas Bertahan di Atas USD3.300, Proyeksi Sepekan Tetap Bullish. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga emas dunia naik tajam pada Jumat (23/5/2025) pekan lalu setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 50 persen atas impor dari Uni Eropa mulai 1 Juni mendatang.

Para pelaku pasar memprediksi tren kenaikan harga emas bertahan hingga musim gugur dan musim dingin mendatang.

Harga emas spot (XAU/USD) ditutup naik 1,92 persen dalam sehari pada Jumat, ke level USD3.358,12 per troy ons. Sepanjang pekan lalu, harga emas melonjak 4,80 persen.

"Kami memperkirakan peluang perdagangan dalam rentang yang kuat antara USD3.100 hingga USD3.500 per troy ons," kata analis Citi Research, Maximilian Layton, dalam catatan yang dikutip oleh Dow Jones Newswires, Jumat (23/5).

Survei Mingguan Kitco News terbaru menunjukkan para ahli industri tidak lagi bersikap bearish untuk pekan ini, sementara investor ritel kembali menunjukkan sentimen bullish setelah performa kuat logam mulia tersebut.

"Harga emas akan lebih tinggi," ujar Presiden dan COO Asset Strategies International, Rich Checkan.

"Emas telah terkonsolidasi dan kini siap untuk naik kembali. Kenaikan ini juga akan didukung oleh penurunan peringkat surat utang AS dari Aaa menjadi Aa1 oleh Moody’s, serta kemungkinan lolosnya Big Beautiful Bill yang penuh dengan belanja defisit," ujarnya.

"Setiap kali saya melihat emas dan perak melonjak menjelang akhir pekan panjang, itu mengisyaratkan arah pasar cenderung naik," tutur Checkan.

"Sebaliknya pun berlaku. Investor tampaknya ingin masuk pasar sebelum perdagangan yang sepi pada hari libur Senin, ketika pergerakan bisa jadi lebih liar," imbuhnya.

Kepala Strategi Pasar di SIA Wealth Management, Colin Cieszynski, menilai ketegangan baru dalam perang dagang akan berdampak positif pada harga emas. “Dengan Trump kembali berbicara keras soal tarif, saya bullish terhadap emas dalam beberapa pekan ke depan,” ujarnya.

"Saya masih mempertahankan bias bullish. Saat saya menulis ini, masih ada beberapa jam sebelum penutupan, dan emas sedang menguji level USD3.350, yang menjadi batas atas selama enam minggu terakhir,” kata Analis Senior Pasar di Forex.com, James Stanley.

“Saya belum melihat bukti kuat bahwa tren naik ini telah berakhir, jadi saya tetap mengikuti arah tren," ujarnya.

James menilai level USD3.500 adalah level penting, melihat dari pola pergerakan harga sebelumnya. “Jika harga berhasil menembus titik itu, baru kita bisa mulai membicarakan kemungkinan menuju USD4.000,” katanya.

Dalam survei terbaru, 16 analis berpartisipasi di Kitco News Gold Survey. Tidak ada satu pun yang memprediksi penurunan harga. Sebanyak 13 analis, atau 81 persen, memperkirakan harga emas naik dalam pekan ini, sementara 3 analis, atau 19 persen, memperkirakan harga akan bergerak mendatar.

Di sisi lain, sebanyak 245 suara masuk dalam jajak pendapat daring Kitco. Dari jumlah itu, 155 investor ritel, atau 63 persen, memperkirakan harga emas masih naik pekan depan. Sebanyak 52 responden, atau 21 persen, memproyeksikan penurunan, dan sisanya, 38 suara atau 16 persen, melihat harga akan konsolidasi.

Pekan ini akan menjadi minggu perdagangan yang lebih pendek karena libur Memorial Day pada Senin, tetapi para pelaku pasar masih akan disibukkan dengan berbagai rilis data ekonomi.

Pada Selasa dijadwalkan rilis data pesanan barang tahan lama untuk April dan indeks keyakinan konsumen untuk Mei, serta keputusan kebijakan moneter dari Bank Sentral Selandia Baru pada malam harinya. Kemudian, pada Rabu, pelaku pasar akan mencermati risalah rapat FOMC bulan Mei untuk mencari sinyal pelonggaran sikap The Fed terkait suku bunga.

Kamis akan diramaikan oleh data klaim pengangguran mingguan, estimasi awal PDB AS kuartal I-2025, dan data penjualan rumah tertunda. Pekan ditutup Jumat dengan rilis Core PCE, indikator inflasi favorit The Fed. (Aldo Fernando)

SHARE