Harga Emas Dunia Terkoreksi seiring Redupnya Efek Suku Bunga
Harga emas dunia kembali melemah pada Senin (7/10/2024) setelah laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang kuat pada Jumat lalu.
IDXChannel – Harga emas dunia kembali melemah pada Senin (7/10/2024) setelah laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang kuat pada Jumat lalu menurunkan ekspektasi pemotongan jumbo suku bunga AS.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) terkoreksi 0,42 persen ke level USD2.642,58 per troy ons pada Senin, pelemahan kali keempat beruntun sejak pekan lalu.
Logam mulia ini sempat mencapai rekor tertinggi USD2.694,90 per ounce pada 26 September setelah Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir, memotong suku bunga kebijakan sebesar 50 basis poin.
Namun, harapan untuk pemotongan suku bunga besar berikutnya meredup setelah AS melaporkan penambahan 254.000 pekerjaan baru bulan lalu, jauh di atas perkiraan 150.000.
Menurut alat CME Fedwatch, kemungkinan pemotongan suku bunga 50 poin pada pertemuan kebijakan Fed 7 November adalah 0 persen, turun dari 35 persen minggu lalu.
Managing principal di Tickmill Joseph Dahrieh menjelaskan, emas tetap dekat dengan rekor tertingginya, meski tertekan oleh penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi AS yang meningkat, setelah data tenaga kerja yang kuat mengurangi peluang pemotongan suku bunga agresif dari The Fed.
Ia mencatat, ada optimisme hati-hati terhadap emas karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, permintaan emas sebagai aset aman yang meningkat, serta ketidakpastian terkait pemilihan presiden AS.
Dukungan jangka panjang untuk emas juga diperkirakan datang dari permintaan bank sentral, meskipun bank sentral China—pembeli terbesar tahun lalu—telah menghentikan pembelian untuk bulan kelima berturut-turut.
Pendiri perusahaan pialang DeCarley Trading Carley Garner telah lama bersikap optimis terhadap emas.
Namun, dengan harga yang kini melampaui USD2.600 per troy ons, ia menyarankan untuk mempertimbangkan sisi lain perdagangan.
Dalam wawancara dengan Kitco News, Senin (7/10/2024), Garner mengatakan, harga emas menghadapi level resistance yang signifikan, sehingga sulit untuk tetap bullish pada harga saat ini.
Emas telah mengalami kenaikan besar tahun ini, mencapai rekor tertinggi baru.
Meskipun suku bunga yang lebih rendah serta ketidakpastian ekonomi dan geopolitik mendukung harga emas, Garner mempertanyakan seberapa banyak faktor-faktor ini sudah tercermin di pasar.
Dia juga memperingatkan bahwa pasar saham yang rapuh bisa memicu penurunan harga emas.
Indeks dolar ICE terakhir tercatat turun 0,13 poin menjadi 102,39.
Imbal hasil obligasi AS naik, dengan obligasi dua tahun terakhir tercatat memberikan imbal hasil 3,981 persen, bertambah 5,3 basis poin, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun menguat 5,5 poin menjadi 4,018 persen. (Aldo Fernando)