Harga Emas Melonjak, Saham BRMS hingga MDKA Turut Menguat
Saham emiten emas cenderung menguat pada perdagangan Senin (4/3/2024) seiring harga emas di pasar spot melonjak.
IDXChannel – Saham emiten emas cenderung menguat pada perdagangan Senin (4/3/2024) seiring harga emas di pasar spot melonjak.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.23 WIB, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melejit 4,29 persen ke level Rp146 per saham.
Kemudian, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melompat 2,68 persen ke posisi Rp2.310 per saham.
Di bawah MDKA, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) naik 2,25 persen, sedangkan PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) terapresiasi 4 persen.
Selain itu, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) masing-masing tumbuh 1,37 persen dan 0,58 persen.
Pada Senin (4/3) pagi, harga emas di pasar spot relatif stabil di posisi USD2.083,29 per troy ons usai sempat melonjak 1,88 persen pada Jumat (1/3).
Harga emas mendekati level tertingginya dalam dua bulan, setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah pada pekan lalu meningkatkan ekspektasi untuk penurunan suku bunga oleh bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) pada Juni, sehingga menekan dolar dan imbal hasil (yield) obligasi (Treasury) pemerintah AS.
Melemahnya dolar membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sementara imbal hasil obligasi yang lebih rendah mengurangi opportunity cost (biaya peluang) memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan, emas mengalami kenaikan karena pasar yakin bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada pertengahan tahun, sehingga menurunkan biaya peluang emas batangan.
“Dalam tiga-empat bulan, harga [emas] akan mencapai rekor tertinggi jika kita melihat data ekonomi yang buruk dan pasar yakin bahwa (The Fed) siap untuk melakukan pemangkasan [suku bunga],” katanya, dikutip Reuters, Jumat (1/3), seraya menambahkan, pembelian bank sentral yang kuat juga mendukung pasar saat ini.
Suku bunga yang lebih rendah cenderung meningkatkan permintaan emas yang tidak memberikan imbal hasil.
"Ada pembelian yang konsisten hari ini di balik data yang lebih lemah dari perkiraan dan komentar Fed yang agak ramah. Berita NYCB setelah penutupan kemarin membantu mengatur keadaan," kata Tai Wong, seorang analis logam independen yang berbasis di New York.
Rilis data ekonomi AS yang akan datang seperti data nonfarm payrolls (NFP) bisa menjadi katalis bagi logam mulia untuk naik lebih lanjut jika datanya jauh lebih lemah dari perkiraan, kata Bart Melek. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.