Harga Emas Tak Henti Cetak Rekor Tertinggi Baru Jelang Pemilu AS
Harga emas dunia meningkat ke rekor tertinggi baru pada Rabu (30/10/2024), didorong oleh permintaan aset safe-haven menjelang pemilihan umum (pemilu) AS.
IDXChannel - Harga emas dunia meningkat ke rekor tertinggi baru pada Rabu (30/10/2024), didorong oleh permintaan aset safe-haven menjelang pemilihan umum (pemilu) Amerika Serikat (AS).
Data menunjukkan peningkatan signifikan dalam lapangan kerja sektor swasta AS yang tak terduga.
Berdasarkan data pasar, emas spot (XAU/USD) menguat 0,46 persen ke USD2.787,47 per troy ons pada Rabu, melampaui rekor tertinggi sehari sebelumnya.
Kini, logam mulia tersebut naik 5,84 persen dalam sebulan dan melonjak 35,11 persen selama 2024 (YtD).
Kekhawatiran mengenai hasil pemilihan presiden (pilpres) AS pada 5 November mendatang terus meningkatkan permintaan safe-haven untuk logam mulia ini, mengingat persaingan ketat antara Kamala Harris dan Donald Trump yang mengusung visi ekonomi berbeda.
Trump berencana menerapkan tarif pada sebagian besar impor AS, yang dapat meningkatkan inflasi dan mengganggu perdagangan global, sementara Harris diperkirakan akan melanjutkan kebijakan pemerintahan Biden.
"Emas mencapai rekor baru mendekati USD2.800, didorong oleh ketidakpastian terkait hasil pemilu AS," menurut catatan Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Rabu (30/10).
Selain itu, logam ini mendapat dukungan dari penurunan suku bunga, seiring Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan terus memangkas suku bunga.
Bank sentral Paman Sam tersebut diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir rapat komite kebijakannya pada 7 November.
Sementara itu, laporan menunjukkan kenaikan 233.000 posisi di sektor swasta pada bulan Oktober, jauh di atas ekspektasi kenaikan sebesar 113.000 posisi, menurut Marketwatch.
Imbal hasil Treasury obligasi AS bertenor dua tahun tercatat naik 4,8 basis poin menjadi 4,152 persen, sedangkan obligasi 10 tahun memberikan imbal hasil sebesar 4,262 persen, naik 0,3 poin. Indeks dolar AS turun 0,3 poin ke 104,02.
Batas Kenaikan Emas?
Kendati emas sedang menikmati masa kejayaannya, seorang analis memperingatkan, penguatannya mungkin terbatas ke depannya seiring kekuatan imbal hasil obligasi yang menunjukkan biaya peluang (opportunity cost) tinggi dari aset tanpa bunga seperti emas.
“Kasus bullish emas didukung oleh alasan kuat, dengan logam mulia ini lama dikenal sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan safe-haven di tengah risiko pemilu AS yang semakin dekat,” ujar Kepala Analis Pasar Exinity, Han Tan, dikutip Market Watch, Rabu (30/10).
Pesona logam mulia ini semakin terlihat dari meningkatnya arus masuk bersih ke exchange-traded fund (ETF) yang didukung emas dan permintaan global yang mencapai rekor, mengutip laporan dari World Gold Council (WGC).
Laporan WGC yang dirilis Rabu menunjukkan total permintaan emas, termasuk investasi over-the-counter (OTC) yang tidak diperdagangkan di bursa sentral, naik 5 persen dari tahun ke tahun menjadi 1.313 metrik ton pada periode Juli hingga September, tertinggi untuk kuartal ketiga.
Permintaan emas global berdasarkan nilai juga untuk pertama kalinya mencapai USD100 miliar.
“Dengan pasar semakin waspada terhadap risiko yang membayangi, harga spot emas terus bergerak di wilayah yang belum terjamah – meskipun ada rebound dolar AS dan imbal hasil Treasury baru-baru ini,” kata Tan kepada MarketWatch.
Harga emas cenderung turun saat dolar AS dan imbal hasil Treasury menguat, tetapi kali ini justru meningkat bersama keduanya, bertentangan dengan hubungan invers yang biasanya.
Penguatan dolar bisa menjadi faktor negatif bagi emas yang dihargai dalam dolar, membuatnya lebih mahal bagi pengguna mata uang lain.
Sementara itu, kenaikan imbal hasil Treasury meningkatkan biaya peluang untuk menahan aset seperti emas yang tidak memberikan bunga.
"Imbal hasil Treasury dan dolar AS masih menjadi faktor yang memengaruhi emas," kata Kepala Riset Global di World Gold Council, Juan Carlos Artigas, kepada MarketWatch awal pekan ini.
"Namun, sebagai aset global dengan sifat ganda – baik sebagai barang konsumsi maupun investasi – ada faktor lain yang juga berperan, seperti risiko geopolitik, permintaan bank sentral, dan dinamika regional."
Analis Pasar di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada, memperkirakan, "batas kenaikan emas akan terbatas ke depannya."
“Biaya peluang tinggi dari aset tanpa bunga seperti emas semakin jelas terlihat seiring melonjaknya imbal hasil obligasi,” tuturnya kepada MarketWatch.
Meskipun ketidakpastian pemilu AS yang berkepanjangan mungkin masih memberi dukungan, kata Fawad, tanpa pendorong signifikan baru, pembeli emas mungkin akan menunggu hingga koreksi yang lebih jelas muncul. (Aldo Fernando)