Harga Emas Turun, Investor Pantau Pembicaraan AS-China
Harga emas melemah pada Selasa (10/6/2025) seiring para pelaku pasar memantau dengan cermat pembicaraan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
IDXChannel - Harga emas melemah pada Selasa (10/6/2025) seiring para pelaku pasar memantau dengan cermat pembicaraan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Hasil pembicaraan ini diperkirakan meredakan ketegangan perdagangan dan mendorong ekonomi global, sehingga mengurangi permintaan untuk aset aman. Sementara itu, penguatan dolar AS juga menambah tekanan bagi emas.
Harga emas spot (XAU/USD) turun 0,1 persen menjadi USD3.324,55 per troy ons.
Indeks dolar (DXY) menguat 0,2 persen terhadap mata uang utama lainnya, membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
“Dalam beberapa sesi terakhir, kami melihat emas mundur sedikit dari level tertingginya baru-baru ini, terutama karena optimisme terkait harapan negosiasi antara China dan AS, serta Inggris dan Rusia,” ujar Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, David Meger, dikutip Reuters.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan pembicaraan dengan China berjalan baik dan diperkirakan berlangsung sepanjang hari. Kedua pihak bertemu di London untuk hari kedua, mencari terobosan terkait kendali ekspor yang sempat memicu ketegangan baru di antara kedua negara adidaya tersebut.
Kesepakatan dagang berpotensi menekan daya tarik emas sebagai aset aman, yang biasanya diminati saat terjadi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.
“(Investor) sedang menunggu koreksi harga, seperti di sekitar USD3.100 per ons, tapi saat ini mereka masih bersikap wait and see terkait hasil pembicaraan dengan China,” kata Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures, Bob Haberkorn.
Para pelaku pasar juga menantikan data Indeks Harga Konsumen AS yang akan dirilis pada Rabu.
Harga perak spot turun 0,5 persen menjadi USD36,53 per troy ons. Sementara platinum melemah 0,5 persen ke USD1.213,08, setelah sempat mencapai level tertinggi sejak Mei 2021.
“Kenaikan harga platinum didukung kombinasi kekhawatiran pasokan, minat spekulatif, serta kenaikan di sektor logam mulia secara keseluruhan,” kata trader logam mulia di Heraeus Metals Jerman, Alexander Zumpfe. (Aldo Fernando)