Harga Logam Tertekan usai The Fed Isyaratkan Pangkas Suku Bunga Sekali di 2024
Harga sejumlah logam industri, seperti nikel, timah dan tembaga, mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (13/6/2024).
IDXChannel - Harga sejumlah logam industri, seperti nikel, timah dan tembaga, mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (13/6/2024).
Harga nikel berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) turun 2,3 persen di level USD17.645 per ton, semakin menjauh dari kisaran harga USD20.000 per ton.
Nikel melemah di bawah USD17.900 per ton dan mencapai level pertengahan April, karena aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan investor.
Selain itu, antisipasi penurunan suku bunga utama negara-negara utama seperti banks sentral Eropa ECB dan kebijakan The Federal Reserve (The Fed) yang mengisyaratkan pemotongan suku bunga terjadi di 2024.
The Fed mempertahankan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) stabil di 5,25 persen-5,50 persen untuk pertemuan ketujuh berturut-turut Rabu (12/6/2024) sejalan dengan perkiraan pasar.
Para pengambil kebijakan memperkirakan tidak tepat untuk menurunkan suku bunga sampai mereka memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan bergerak secara berkelanjutan menuju angka 2 persen.
Sementara itu, para pengambil kebijakan hanya memperkirakan satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini dan empat kali penurunan pada 2025. Pada Maret lalu, The Fed memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga di 2024 dan tiga kali pada 2025.
Sinyal ini menyebabkan beberapa investor menyesuaikan atau mengurangi posisi investasi pada komoditas logam.
Sementara itu, kekhawatiran terhadap gangguan pasokan akibat kerusuhan di Kaledonia Baru, wilayah luar negeri Perancis yang memiliki sekitar 20-30 persen cadangan nikel dunia, mulai mereda seiring dengan meredanya ketegangan dan Prancis mencabut keadaan darurat.
Harga tembaga di bursa LME juga jatuh 1,51 persen di level USD10.149 per ton. Kenaikan juga terjadi pada logam timah yang naik 2,8 persen di level USD9.794 per ton.
Sementara, harga tembaga sempat menembus harga di atas USD10.000 per ton. Reli tembaga sempat dipicu kekhawatiran trader yang mempertimbangkan kenaikan tajam persediaan global dan lemahnya data lapangan kerja Amerika Serikat (AS) yang memperkuat spekulasi bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga tahun ini.
Di lain pihak, harga timah juga terkoreksi 1,71 persen di level USD32.794 per ton di bursa LME.
Harga timah berjangka juga menjauh dari level USD34.470 per ton yang sempat diraih pada 20 Mei lalu dan mengikuti kemunduran tajam harga logam-logam dasar utama karena dolar AS yang sempat menguat dan permintaan China yang diproyeksi melemah mengimbangi kekhawatiran pasokan.
PMI manufaktur resmi China juga mencerminkan perlambatan tak terduga dalam sektor manufaktur di negara tersebut pada Mei karena permintaan luar negeri terhadap barang-barang manufaktur tidak dapat mengimbangi melemahnya permintaan dalam negeri.
Hal ini diperparah oleh buruknya pertumbuhan impor dan tajamnya deflasi produsen pada periode tersebut.
Namun, kekhawatiran pasokan membatasi penurunan harga timah. Indonesia sebagai eksportir terbesar Imemicu kekhawatiran akan ketatnya pasokan secara global karena penundaan perizinan ekspor timah berdampak besar pada pengiriman pada kuartal pertama tahun ini. Kondisi ini diperburuk oleh kekhawatiran akan gangguan perizinan di masa depan pada sisa 2024.
Hal ini memperburuk kemunduran produksi sebelumnya yang disebabkan oleh gangguan pertambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar di tengah perang yang terjadi di negara tersebut. (ADF)