MARKET NEWS

Harga Minyak Bangkit Berkat Sinyal Permintaan AS yang Solid

TIM RISET IDX CHANNEL 26/06/2025 07:18 WIB

Harga minyak naik hampir 1 persen pada Rabu (25/6/2025), pulih dari penurunan tajam di awal pekan.

Harga Minyak Bangkit Berkat Sinyal Permintaan AS yang Solid. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak naik hampir 1 persen pada Rabu (25/6/2025), pulih dari penurunan tajam di awal pekan, seiring data menunjukkan permintaan yang cukup kuat di Amerika Serikat (AS) dan investor mengevaluasi stabilitas gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Kontrak berjangka (futures) Brent ditutup naik 0,8 persen menjadi USD67,68 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 0,9 persen ke posisi USD64,92. Keduanya berhasil memangkas sebagian dari kerugian 13 persen yang terjadi sebelumnya pekan ini.

Setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata pada Selasa, harga Brent sempat menyentuh titik terendah sejak 10 Juni, sedangkan WTI berada di level terendah sejak 5 Juni, seiring meredanya risiko gangguan pasokan dari Timur Tengah.

Harga minyak sempat melonjak setelah serangan mendadak Israel pada 13 Juni terhadap fasilitas militer dan nuklir utama Iran. Harga bahkan menyentuh level tertinggi dalam lima bulan setelah AS meluncurkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.

“Meskipun kekhawatiran terhadap pasokan dari Timur Tengah saat ini mereda, risikonya belum sepenuhnya hilang, dan permintaan terhadap pasokan jangka pendek tetap tinggi,” kata analis ING, dikutip Reuters.

Harga juga mendapat dukungan dari data pemerintah AS yang dirilis Rabu, menunjukkan penurunan pada persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat pada pekan lalu.

Stok minyak mentah turun 5,8 juta barel, jauh di bawah perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 797.000 barel. Persediaan bensin juga turun secara tak terduga sebesar 2,1 juta barel, berbanding terbalik dengan prediksi kenaikan 381.000 barel. Pasokan bensin, yang mencerminkan permintaan, naik ke level tertinggi sejak Desember 2021.

“Kita melihat penurunan besar di semua lini,” kata analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn. “Laporan seperti ini bisa mengalihkan fokus pasar dari geopolitik ke isu pasokan dan permintaan di AS.”

Serangkaian data ekonomi AS yang dirilis malam sebelumnya—termasuk data keyakinan konsumen—mengisyaratkan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara konsumen minyak terbesar dunia. Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga tahun ini.

Menurut analis pasar independen Tina Teng, harga minyak kemungkinan terkonsolidasi di kisaran USD65–70 per barel, seiring pelaku pasar menantikan data ekonomi AS lainnya serta keputusan suku bunga dari The Fed.

Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada September, yang umumnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. (Aldo Fernando)

SHARE