MARKET NEWS

Harga Minyak Bertahan di Level Tertinggi dalam Dua Bulan sepanjang Pekan

Maulina Ulfa 05/07/2024 10:05 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) berada dalam jalur penguatan sepanjang pekan ini.

Harga Minyak Bertahan di Level Tertinggi dalam Dua Bulan sepanjang Pekan. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) berada dalam jalur penguatan sepanjang pekan ini.

Pada perdagangan Kamis (4/7/2024) Minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup menguat 0,07 persen di level USD83,94 per barel dan Brent bergerak naik 0,25 persen di level USD87,56 per barel.

Pada sesi Rabu (3/7), harga minyak WTI ditutup terapresiasi 1,29 persen di level USD83,88 per barel dan minyak Brent meningkat 1,28 persen di level USD87,34 per barel.

Sebelumnya, harga minyak sempat terapresiasi di level tertinggi dua bulan pada pembukaan perdagangan sesi awal pekan.

Pada sesi Senin (1/7), harga minyak WTI tumbuh 2,02 persen di level USD83,38 per barel. Sementara, minyak Brent ditutup naik 0,29 persen di level USD86,66 per barel.

Pada perdagangan awal sesi Jumat (5/7), harga minyak WTI masih bertahan di level USD84 per barel dan minyak Brent di level USD87 per barel yang merupakan level tertinggi dalam lebih dari dua bulan.

Penguatan harga minyak pekan ini didukung oleh penurunan signifikan dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang dilaporkan minggu lalu dan perkiraan permintaan bahan bakar kendaraanyang optimis.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan penurunan stok minyak mentah sebesar 12,2 juta barel, jauh di atas ekspektasi penurunan 680.000 barel.

Selain itu, data ekonomi AS yang lebih lemah telah meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga pada September mendatang, sehingga meningkatkan kepercayaan terhadap pertumbuhan ekonomi dan konsumsi energi.

Harga minyak tetap berada pada level tertingginya dalam dua bulan setelah American Petroleum Institute memperkirakan penurunan persediaan mingguan AS dan mematoknya pada angka signifikan sebesar 9 juta barel.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari faktor geopolitik pada minggu ini, karena para trader masih khawatir akan meningkatnya kekerasan di Timur Tengah karena Israel terus menyerang Gaza.

Di sisi lain, kekhawatiran terganggunya produksi di Teluk Meksiko akibat Badai Beryl mereda setelah badai tersebut melemah menjadi badai tropis.

“Risiko utama bagi pasar minyak adalah perang Israel-Hizbullah meluas menjadi konflik yang lebih luas. Khususnya, keterlibatan langsung Iran dalam perang Israel-Hizbullah dapat membahayakan pasokan minyak Iran dan infrastruktur terkait,” kata analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, kepada Bloomberg.

Selain faktor geopolitik, muncul tanda-tanda perlambatan pertumbuhan produksi minyak AS. Data ekspor minyak terbaru juga mengungkapkan bahwa Arab Saudi menyumbang setengah dari penurunan ekspor minyak global yang berjumlah 1 juta barel setiap hari pada bulan lalu. (ADF)

SHARE