Harga Minyak di Posisi Terkuat dalam Dua Bulan di Tengah Penurunan Stok AS
Minyak mentah berjangka (futures) melemah di awal perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (21/6/2024).
IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) melemah di awal perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (21/6/2024) setelah ditutup naik pada penutupan Kamis (20/6).
Minyak West Texas Intermediate (WTI) dibuka melemah tipis 0,09 persen di level USD81,21 per barel dan Brent bergerak turun 0,04 persen di level USD85,6per barel per barel pada pukul 08.52 WIB.
Meski demikian, harga minyak mentah kini masih berada di posisi tertinggi dalam tujuh minggu atau sekitar 2 bulan, dipicu oleh penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan.
Pada Kamis (20/6), harga minyak WTI ditutup naik 0,84 persen di level USD81,27 per barel. Sementara minyak Brent ditutup menguat 0,75 persen di level USD85,71 per barel.
Pada Selasa (18/6), harga minyak WTI ditutup perkasa 1,33 persen di level USD80,7 persen. Sementara minyak Brent ditutup menguat 1,31 persen di level USD85,35 per barel.
Pada sesi Senin (17/6), harga minyak WTI dan Brent juga ditutup melonjak masing-masing 2,14 persen di level USD79,72 per barel dan 1,97 persen di level USD84,25 per barel.
Menurut data Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS turun 2,547 juta barel pada pekan lalu, melampaui perkiraan penurunan 2 juta barel.
Selain itu, stok bensin dan sulingan AS mengalami penurunan yang tidak terduga, berlawanan dengan proyeksi pasar.
Selain itu, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah semakin memperburuk kekhawatiran mengenai pasokan minyak.
Pasukan Israel maju ke kota Rafah di Jalur Gaza, sementara seorang pejabat senior Israel menyatakan kekhawatirannya akan potensi "perang habis-habisan" dengan Hizbullah di Lebanon.
Teranyar, Presiden Siprus Nikos Christodoulides membantah negaranya terlibat dalam konflik militer di Timur Tengah atau membantu agresi Israel ke Jalur Gaza.
Pernyataan ini disampaikan Christodoulides untuk merespons ancaman dari sekretaris jenderal kelompok Syiah Lebanon Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Nasralla menuduh bahwa mereka dapat mengambil tindakan jika Siprus ikut campur dalam konflik di Timur Tengah.
Melansir Antara, dalam pernyataan yang disampaikan Rabu (19/6), Nasrallah mengatakan pihaknya tak segan-segan menyerang Siprus apabila bandara atau pun pangkalan militer negara kepulauan tersebut digunakan oleh Israel untuk tujuan militer berkepanjangan.
"Saya sudah menyimak pernyataan tersebut. Jawaban saya adalah, Republik Siprus sama sekali tidak terlibat dalam konflik peperangan apapun," ucap Christodoulides berdasarkan pernyataan kantor pers dan informasi pemerintah Siprus. (ADF)