Harga Minyak Dunia Melemah usai Dolar Menguat Pasca Pilpres AS
Harga minyak mentah dunia turun pada Rabu (6/11/2024) setelah dolar menguat usai terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
IDXChannel - Harga minyak mentah dunia turun pada Rabu (6/11/2024) setelah dolar menguat usai terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut di tengah kekhawatiran rencana presiden terpilih untuk memberlakukan tarif besar-besaran pada impor AS.
Kontrak berjangka (futures) WTI untuk pengiriman Desember ditutup turun sebesar USD0,30 menjadi USD 71,69 per barel, meski sempat pulih dari level terendah sesi awal di USD69,74 per barel.
Sementara itu, Brent untuk pengiriman Januari, yang menjadi acuan global, turun USD0,70 ke USD74,83 per barel.
Harga komoditas umumnya melemah tajam pada sesi awal setelah kemenangan Trump mendorong kenaikan dolar AS, dengan indeks dolar ICE terakhir terlihat naik 1,54 poin menjadi 105,01.
"Kerugian besar-besaran terlihat sejak malam sebelumnya ketika para trader memperhitungkan kemungkinan skenario Trump 2, di mana Partai Republik menguasai Kongres dan Gedung Putih—skenario yang berpotensi memicu tarif besar-besaran pada barang impor, khususnya dari China," kata analis Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Rabu (6/11).
Laporan yang menunjukkan peningkatan stok minyak AS di atas ekspektasi juga turut menekan harga.
Dalam survei mingguannya, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan, mengutip Oilprice.com, stok minyak naik 2,1 juta barel pekan lalu, melebihi perkiraan konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,8 juta barel.
Pandangan lainnya datang dari analis kepada Dow Jones Newswires, Rabu (6/11), yang berpendapat, harga minyak berhasil memulihkan sebagian besar penurunan awal yang dipicu oleh kemenangan Trump dalam pemilu.
Ini seiring pasar mempertimbangkan berbagai kemungkinan kebijakan dari pemerintahan yang lebih ramah terhadap bahan bakar fosil.
Kepala Perdagangan di BOK Financial, Dennis Kissler, mencatat, Trump diperkirakan akan bersikap lebih keras terhadap Iran, dan awalnya pasar berpikir Iran tidak akan melakukan serangan balasan terhadap Israel.
“Atau, jika ada, serangannya akan lebih minimal, sehingga mengurangi premi geopolitik,” katanya.
Namun, menurutnya, kebijakan ini juga dapat menyebabkan hilangnya ekspor Iran jika Trump memperketat sanksi.
“Pasar akan menjadi sangat tidak stabil sampai kita melihat kebijakan seperti apa yang akan diterapkan,” ujarnya.
Kissler juga menambahkan, penurunan harga minyak sebagian disebabkan oleh Badai Rafael, yang diperkirakan akan mencapai perairan Teluk AS akhir pekan ini dan dapat menutup sebagian produksi minyak di wilayah tersebut. (Aldo Fernando)