MARKET NEWS

Harga Minyak Dunia Naik 1 Persen, Ada Apa?

Maulina Ulfa 28/05/2024 09:39 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent ditutup menguat pada perdagangan Senin (27/5/2024).

Harga Minyak Dunia Naik 1 Persen, Ada Apa? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent ditutup menguat pada perdagangan Senin (27/5/2024).

Harga minyak WTI ditutup menguat 1,04 persen di level USD78,65 per barel dan harga minyak Brent menguat 0,85 persen di level USD82,82 per barel.

Harga minyak kembali dibuka bertenaga pada perdagangan Selasa (28/5) di mana WTI naik 0,13 persen dan Brent naik 0,06 persen pada pukul 08.35 WIB.

Pada perdagangan pekan lalu, tepatnya pada Rabu (22/5), harga minyak sempat anjlok 2,13 persen untuk WTI di level USD77,57 per barel dan penurunan 1,18 persen untuk Brent di level USD81,9 per barel.

Melansir Trading Economics, harga minyak mentah berjangka WTI memperoleh daya tariknya kembali dan memperpanjang rebound dari level terendah tiga bulan di USD76,9 yang dicapai pada 23 Mei lalu karena pasar menilai prospek pasokan tahun ini menjelang pertemuan OPEC+ akhir pekan ini.

Arab Saudi diperkirakan akan menekan kartel tersebut untuk memperpanjang pengurangan produksi secara sukarela, meskipun organisasi tersebut menyatakan bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun 2024.

Para produsen juga akan mendiskusikan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga paruh kedua tahun ini, dengan tiga sumber dari negara-negara OPEC+ mengatakan kemungkinan perpanjangan tersebut.

Hal ini kontras dengan ekspektasi IEA yang memperkirakan pertumbuhan lebih lambat sebesar 1,2 juta barel per hari. Sementara itu, laporan kematian seorang tentara Mesir yang tertangkap oleh Israel di dekat kota Rafah di Gaza menambah tingginya risiko pada minyak mentah.

Di tempat lain, investor menantikan laporan indeks harga PCE AS minggu ini untuk mendapatkan petunjuk arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed), serta angka PMI China yang akan lebih memandu prospek permintaan minyak ke depan.

Harga minyak naik lebih dari 1 persen setelah minggu yang suram ditandai dengan prospek suku bunga AS dalam menghadapi inflasi yang tinggi.

“Investor fokus pada data inflasi AS untuk menentukan waktu penurunan suku bunga. Pasar juga mencermati pertemuan OPEC dan sekutunya yang akan datang,” kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.

Yoshida menambahkan, pihaknya memperkirakan harga minyak akan bergerak lebih tinggi dalam beberapa hari mendatang karena antisipasi berlanjutnya penurunan produksi secara sukarela oleh produsen minyak dan meningkatnya prospek pelonggaran kebijakan moneter AS.

Indeks pengeluaran konsumsi pribadi AS yang diperkirakan pada minggu ini akan menjadi sorotan untuk memberikan sinyal lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga. Indeks tersebut, yang akan dirilis pada 31 Mei, dipandang sebagai ukuran inflasi pilihan The Fed.

Data inflasi Jerman pada Rabu dan pembacaan zona euro pada Jumat mendatang juga akan menjadi perhatian investor seiring tanda-tanda penurunan suku bunga di benua Eropa.

Sementara itu, Goldman Sachs menaikkan perkiraan permintaan minyak global untuk tahun 2030 pada Senin dan memperkirakan konsumsi akan mencapai puncaknya pada 2034. Ini karena potensi perlambatan dalam adopsi kendaraan listrik (EV), sehingga membuat kilang minyak tetap beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata hingga akhir dekade ini. (ADF)

SHARE