MARKET NEWS

Harga Minyak Dunia Turun, Investor Wait and See

Maulina Ulfa 21/05/2024 10:11 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent turun pada perdagangan Selasa (21/5/2024).

Harga Minyak Dunia Turun, Investor Wait and See. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent turun pada perdagangan Selasa (21/5/2024).

Harga minyak WTI anjlok 1,04 persen di level USD78,97 per barel dan Brent turun 0,36 persen di level USD83,4 per barel pada pukul 09.25 WIB.

Harga minyak WTI sebelumnya ditutup turun 0,10 persen dan harga minyak Brent ditutup turun 0,32 persen pada perdagangan awal pekan, Senin (20/5).

Minyak mentah sempat naik di tengah kabar jatuhnya pesawat Presiden Iran Ebrahim Raisi. Kondisi ini meningkatkan ketidakpastian politik di negara penghasil minyak utama.

Namun, pasca pencarian, presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal dunia usai helikopter yang mengangkutnya bersama delapan orang lain jatuh di Provinsi Azerbaijan Timur, utara Iran, pada Minggu (19/5) waktu setempat.

Selain Raisi, helikopter itu juga membawa Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian, Gubernur Provinsi Azerbaijan Timur Malek Rahmati, imam salat Jumat Tabriz Imam Mohammad Ali Alehashem, seorang pilot, kopilot, kepala kru, kepala keamanan, dan pengawal lainnya.

Minyak mentah turun karena investor terus menilai perkembangan di Timur Tengah setelah kematian presiden Iran dalam kecelakaan helikopter dan munculnya kekhawatiran kesehatan raja Arab Saudi.

Namun, pasar tampaknya tidak terlalu khawatir terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut karena tidak ada tanda-tanda gangguan terhadap aliran minyak.

Investor juga dengan hati-hati menunggu pertemuan OPEC mendatang pada 1 Juni mendatang untuk mengetahui kemungkinan perpanjangan pengurangan produksi.

Sementara itu, kejadian baru-baru ini seperti serangan Ukraina terhadap kilang minyak Rusia dan serangan rudal Houthi terhadap kapal tanker minyak tujuan China di Laut Merah terus menimbulkan risiko terhadap pasokan global.

Dari sisi permintaan, suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi nampaknya akan membebani pasar minyak.

Semalam, Raphael Bostic selaku presiden dan CEO Federal Reserve Bank of Atlanta mengatakan suku bunga AS kemungkinan akan lebih tinggi dibandingkan saat ini.

“Bahkan mungkin mencapai tingkat yang sebanding dengan yang terlihat pada tahun 1990an,”ujarnya dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg pada Senin (20/5).

Dia juga menegaskan kembali bahwa hanya satu kali penurunan suku bunga yang dapat dibenarkan pada 2024.

Senada dengan pernyataannya, Wakil Ketua The Fed Michael S. Barr juga menyatakan bahwa The Fed harus mempertahankan suku bunga tetap. Ia mencatat bahwa data CPI terbaru yang mengecewakan pada kuartal I-2024 tidak memberinya kepercayaan diri untuk mendukung pemotongan suku bunga. (ADF)

SHARE