MARKET NEWS

Harga Minyak Jatuh 2 Persen, Tertekan Pasokan dan Permintaan AS

TIM RISET IDX CHANNEL 12/09/2025 07:17 WIB

Harga minyak dunia melemah pada Kamis (11/9/2025), ditutup turun sekitar 2 persen.

Harga Minyak Jatuh 2 Persen, Tertekan Pasokan dan Permintaan AS. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak dunia melemah pada Kamis (11/9/2025), ditutup turun sekitar 2 persen.

Kekhawatiran pelemahan permintaan di Amerika Serikat (AS) serta potensi kelebihan pasokan menekan harga, meski ada ancaman gangguan produksi akibat konflik di Timur Tengah dan perang di Ukraina.

Minyak mentah Brent melemah 1,7 persen menjadi USD66,37 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 2,0 persen ke level USD62,37 per barel.

Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanan menyebut pasokan minyak global tahun ini diperkirakan naik lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, seiring rencana kenaikan produksi OPEC+ yang mencakup negara produsen utama dan sekutunya seperti Rusia.

“Penurunan harga minyak hari ini dipicu laporan IEA yang bernada bearish, menyebut pasar minyak akan kelebihan pasokan besar tahun depan,” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch, dikutip Reuters.

OPEC+ pada Minggu lalu sepakat menaikkan produksi mulai Oktober. Namun dalam laporan lain, OPEC tetap mempertahankan proyeksi pasokan non-OPEC dan permintaan global tahun ini, dengan alasan konsumsi masih stabil.

Menurut analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, pasar kini terjebak di antara persepsi kekurangan pasokan akibat memanasnya konflik di Timur Tengah dan Ukraina dengan realitas kelebihan pasokan dari produksi OPEC+ yang meningkat dan stok yang membengkak.

Ekspor minyak mentah Arab Saudi ke China diperkirakan melonjak pada Oktober, menurut sejumlah sumber perdagangan. Perusahaan energi Aramco akan mengirim sekitar 1,65 juta barel per hari, naik tajam dari 1,43 juta barel per hari pada September.

Namun, pasar juga mempertanyakan seberapa lama China dapat menyerap tambahan pasokan tersebut dan menjaga stok minyak di negara-negara OECD tetap rendah.

Analis UBS, Giovanni Staunovo, menambahkan, investor turut mencermati potensi sanksi baru yang bisa memengaruhi minyak Rusia.

Di Rusia, produsen minyak terbesar kedua setelah AS pada 2024, pendapatan dari penjualan minyak mentah dan produk turun pada Agustus, mendekati level terendah sejak konflik Ukraina pecah, menurut IEA.

Sementara itu, Menteri Energi AS Chris Wright dan Komisioner Energi Uni Eropa Dan Jorgensen membahas upaya pembatasan perdagangan energi Rusia dalam pertemuan di Brussel. Jorgensen mengatakan tenggat waktu yang ditetapkan Uni Eropa memang ambisius, namun perlu dipercepat.

Di India, Adani Group selaku operator pelabuhan swasta terbesar melarang kapal tanker yang terkena sanksi Barat masuk ke pelabuhannya. Menurut tiga sumber dan dokumen yang dilihat Reuters, langkah ini bisa mengganggu pasokan minyak Rusia ke dua kilang India.

Dari sisi makroekonomi, inflasi konsumen AS pada Agustus naik paling tinggi dalam tujuh bulan, dipicu biaya perumahan dan makanan.

Sementara lonjakan klaim tunjangan pengangguran pekan lalu memperkuat ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga pekan depan, yang berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. (Aldo Fernando)

SHARE