Harga Minyak Jatuh 4 Persen, Tertekan Laporan OPEC
Harga minyak dunia merosot lebih dari USD2 per barel pada Rabu (12/11/2025).
IDXChannel – Harga minyak dunia merosot lebih dari USD2 per barel pada Rabu (12/11/2025), setelah OPEC melaporkan bahwa pasokan minyak global diperkirakan seimbang dengan permintaan pada 2026.
Proyeksi itu menandai perubahan signifikan dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan defisit pasokan.
Kontrak berjangka Brent ditutup di level USD62,71 per barel, turun 3,76 persen, setelah sehari sebelumnya menguat 1,7 persen.
Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di USD58,49 per barel, anjlok 4,18 persen, setelah sempat naik 1,5 persen pada sesi sebelumnya.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan bahwa pasokan minyak dunia akan seimbang dengan permintaan tahun depan, seiring peningkatan produksi oleh kelompok OPEC+. Sebelumnya, OPEC memperkirakan defisit pasokan pada 2026.
Analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn, menilai pergeseran pandangan OPEC menjadi pemicu utama penurunan harga.
“Pasar ingin percaya bahwa kondisinya memang seimbang. Saya pikir pasar kali ini lebih mempercayai OPEC daripada IEA,” imbuh dia.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan World Energy Outlook tahunannya memperkirakan permintaan minyak dan gas masih bisa tumbuh hingga 2050.
Proyeksi ini berbeda dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan permintaan minyak global mencapai puncaknya dalam dekade ini, seiring pergeseran metode perhitungan IEA yang tak lagi berbasis pada target iklim.
Partner di Again Capital, John Kilduff, mengatakan pandangan OPEC itu muncul di tengah kondisi pasar di mana sebagian penjual minyak mentah kesulitan mencari pembeli.
Sejumlah analis menilai kelebihan pasokan minyak mentah masih menjadi penahan utama bagi kenaikan harga.
OPEC+ sebelumnya sepakat untuk menghentikan rencana kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan, setelah secara bertahap menghapus pemangkasan produksi sejak Agustus tahun ini.
Analis IG, Tony Sycamore, dalam catatannya menilai pembukaan kembali pemerintahan AS dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan aktivitas ekonomi, yang pada gilirannya bisa mendongkrak permintaan minyak mentah.
DPR AS yang dikuasai Partai Republik dijadwalkan melakukan pemungutan suara pada Rabu malam waktu setempat atas rancangan undang-undang (RUU) yang sudah disetujui Senat untuk memulihkan pendanaan lembaga pemerintah hingga 30 Januari.
Sementara itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) dijadwalkan merilis proyeksi terbarunya pada Kamis mendatang. (Aldo Fernando)