Harga Minyak Jatuh saat Pasar Menyikapi Putusan Tarif Trump
Harga minyak turun lebih dari satu persen pada Kamis, terkoreksi dari kenaikan sebelumnya.
IDXChannel - Harga minyak turun lebih dari satu persen pada Kamis, terkoreksi dari kenaikan sebelumnya, seiring investor mempertimbangkan dampak dari putusan pengadilan Amerika Serikat (AS) yang membatalkan sebagian besar tarif menyeluruh Presiden Donald Trump.
Pasar juga mencermati kemungkinan sanksi baru AS yang membatasi aliran minyak mentah Rusia serta keputusan OPEC+ terkait potensi kenaikan produksi pada Juli.
Kontrak berjangka (futures) minyak WTI ditutup turun 1,5 persen menjadi USD60,94 per barel, sementara Brent merosot 1,2 persen ke level USD64,15.
Sebelumnya, harga sempat menguat setelah pengadilan AS pada Rabu memutuskan, Trump telah melampaui kewenangannya saat menetapkan tarif menyeluruh atas impor dari mitra dagang AS.
Namun, pengadilan tidak diminta untuk menilai tarif sektor tertentu seperti mobil, baja, dan aluminium yang diberlakukan lewat undang-undang berbeda.
Meski begitu, harga berjangka berangsur turun sepanjang sesi perdagangan, setelah para pejabat senior pemerintahan Trump meremehkan dampak putusan tersebut dan menegaskan masih ada jalur hukum lain yang bisa digunakan.
"Reaksi awal pasar terhadap putusan pengadilan atas tarif Trump mulai memudar seiring berjalannya sesi," kata analis dari konsultan energi Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, dilansir dari Reuters.
"Salah satu interpretasinya adalah, tidak banyak yang berubah. Ketidakpastian soal tarif Trump sejak awal masih akan berlanjut, karena proses hukum belum selesai dan beberapa tarif sektoral seperti mobil dan suku cadangnya masih berlaku," ujarnya.
Tekanan tambahan terhadap harga minyak datang dari pernyataan Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, dalam wawancara dengan Bloomberg bahwa permintaan minyak di China tergolong lemah, sementara perkembangan di Rusia dan Iran masih menjadi tanda tanya besar bagi harga minyak.
AS dan Iran diketahui sedang menggelar pembicaraan untuk mengekang aktivitas nuklir Iran yang meningkat pesat sejak AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015. Kesepakatan itu sebelumnya membatasi aktivitas nuklir Iran secara ketat.
"Kita melihat kekhawatiran yang naik turun soal situasi Iran—apakah kita semakin dekat ke arah konflik atau justru menuju kesepakatan damai," tutur analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn. "Saat ini pasar bergerak secara teknikal sekaligus emosional."
Dari sisi pasokan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) diperkirakan menyepakati percepatan kenaikan produksi pada Juli dalam pertemuan Sabtu mendatang.
"Kami memperkirakan kelompok menyetujui tambahan pasokan sebesar 411.000 barel per hari. Kami juga memperkirakan peningkatan serupa terus dilakukan hingga akhir kuartal III-2025, seiring fokus kelompok ini bergeser ke pertahanan pangsa pasar," kata analis ING dalam catatannya.
Namun, pasar juga mencemaskan kemungkinan sanksi baru atas minyak mentah Rusia. (Aldo Fernando)