MARKET NEWS

Harga Minyak Jeblok, Sentimen The Fed Hawkish Berhasil Takuti Pasar

Maulina Ulfa - Riset 21/09/2023 16:10 WIB

Reli harga minyak terhenti setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan sinyal hawkish.

Harga Minyak Jeblok, Sentimen The Fed Hawkish Berhasil Takuti Pasar. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Reli harga minyak terhenti setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan sinyal hawkish pada pertemuan yang berlangsung Rabu (20/9/2023).

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kembali turun diperdagangkan di bawah USD90 per barel, tepatnya di level USD 88,3 per barel atau turun 1,52 persen menjelang penutupan perdagangan hari ini, Kamis (21/9). Sementara harga minyak Brent turun di level USD 92,39 per barel merosot 0,92 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sebelumnya, The Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah seperti yang diperkirakan secara luas, namun mengisyaratkan kenaikan suku bunga lagi sebelum akhir tahun.

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.

Bank sentral lain juga akan mengumumkan keputusan kebijakan moneter pada hari ini, dengan tajuk utama perkiraan kenaikan suku bunga Bank of England.

Sementara itu, data resmi menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 2,135 juta barel pada minggu lalu, sesuai dengan ekspektasi.

Meski demikian, harga minyak masih mendekati level tertinggi dalam beberapa bulan di tengah perkiraan defisit pasar yang lebih besar pada kuartal keempat karena berlanjutnya pengurangan pasokan dari Arab Saudi dan Rusia. Serta penurunan produksi minyak AS dari wilayah penghasil minyak serpih utama.

Sinyal hawkish The Fed membuat para konsumen minyak khawatir akan kenaikan dolar yang bisa memberatkan nilai ekspor mereka.

Dolar mencapai level tertinggi 6 1/2 bulan pada perdagangan hari ini. Indeks dolar, yang mengukur mata uang terhadap sejumlah mata uang rivalnya, naik setinggi 105,68 dan menjadi yang terkuat sejak awal Maret, sebelum menetap sedikit lebih rendah di 105,45.

The Fed memenuhi ekspektasi pasar dengan mempertahankan suku bunga stabil pada kisaran 5,25 persen-5,50 persen.

Proyeksi Minyak ke Depan

Sebelumnya, Goldman Sachs Group Inc memperkirakan harga minyak dunia dapat menembus USD100 dolar per barel. Beberapa raksaksa keuangan global juga membuat prediksi serupa.

Dilansir dari Bloomberg News pada Rabu (20/9/2023), Goldman menaikkan prospek harga minyak dunia karena permintaan terus naik dan pembatasan pasokan oleh Arab Saudi dan Rusia diperpanjang hingga akhir tahun

Harga Brent, patokan minyak mentah dunia, telah naik lebih dari 30 persen sejak pertengahan Juni dan sempat menembus USD95 per barel pada Selasa (19/9).

Goldman menaikkan proyeksi 12 bulan untuk harga Brent menjadi USD100 per barel dari USD93 per barel.

"Kami percaya bahwa OPEC akan dapat mempertahankan Brent dalam kisaran USD80 hingga USD105 pada 2024 dengan memanfaatkan pertumbuhan permintaan global yang berpusat di Asia," analis Goldman mengatakan mengatakan dalam laporan tertanggal 20 September.

Analis komoditas di perusahaan perbankan dan jasa keuangan multinasional Belanda, ING Bank juga mengatakan harga minyak masih memiliki ruang untuk kenaikan.

ING Bank tetap memperkirakan harga minyak mentah Brent akan menembus di atas USD100 per barel dalam waktu dekat dengan asumsi OPEC+ tetap mengurangi pasokannya.

Seperti banyak pakar perminyakan lainnya, ING mengatakan pasar telah mengalami pengetatan akibat pengurangan produksi yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Rusia, dan melihat defisit saat ini sebesar lebih dari 2 juta barel per hari dan akan bertahan hingga kuartal keempat tahun ini.

Tesis terbaru mereka memperkuat perkiraan bullish sebelumnya yang mereka keluarkan pada awal tahun dimana mereka memperkirakan pengetatan pasar dari kuartal kedua hingga akhir tahun.

ING Bank bukan satu-satunya badan energi yang melihat minyak melewati level psikologis penting USD100 per barel.

StanChart memperkirakan harga Brent pada Q4 2023 rata-rata USD 93 per barel dan mencapai level tertinggi intra-Q4 di atas USD 100/bbl.

Perbedaan pendapat para analis adalah mengenai berapa lama harga minyak senilai USD100 per barel dapat bertahan.

ING mengatakan OPEC kemungkinan akan menghadapi tekanan politik yang semakin besar karena harga bahan bakar terus meningkat.

Bank Belanda tersebut percaya bahwa secara historis strategi kelompok tersebut adalah menstabilkan pasar dan tidak menargetkan tingkat harga tertentu.

Oleh karena itu, memprediksi masa depan harga minyak bukanlah sekedar permainan fundamental. Melainkan melihat motif Arab Saudi memangkas produksi untuk mendongkrak pendapatan nasional atau memang adanya kebutuhan untuk menstabilkan pasar. (ADF)

SHARE