MARKET NEWS

Harga Minyak Masih dalam Tren Bullish, Menanti Langkah Moskow dan OPEC+

Maulina Ulfa - Riset 05/09/2023 10:08 WIB

Harga minyak metah dunia masih berada di tren penguatan pada awal pekan ini.

Harga Minyak Masih dalam Tren Bullish, Menanti Langkah Moskow dan OPEC+. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak metah dunia masih berada di tren penguatan pada awal pekan ini.

Minyak mentah WTI menguat di atas USD85 per barel pada Senin (4/9/2023) dan berada pada level tertinggi dalam lebih dari sembilan bulan. Sementara minyak mentah Brent menguat di atas USD88 per barel dan berada pada level tertinggi sejak Januari 2023.

Pada perdagangan Selasa (5/8), harga minyak Brent turun tipis 0,1 persen di level USD88,95 per barel dan WTI masih dalam tren menguat 0,41 persen di level USD85,9 per barel, mengutip data Oilprice.com. (Lihat grafik di bawah ini.)

Menanti Langkah Moskow dan OPEC+

Pasar tengah berekspektasi para pemimpin yang tergabung dalam OPEC+ akan memperluas langkah-langkah untuk tetap memperketat pasokan minyak.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada Kamis minggu lalu bahwa Rusia sepakat dengan mitra OPEC untuk mengurangi ekspor minyak mentah.

Sementara Arab Saudi juga diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari hingga bulan Oktober mendatang.

Dari sisi permintaan, peningkatan aktivitas manufaktur China yang mengejutkan seperti yang dilaporkan oleh survei swasta meningkatkan optimisme terhadap kesehatan ekonomi negara importir minyak terbesar dunia tersebut.

PMI Manufaktur Caixin China dilaporkan naik menjadi 51,0 pada Agustus 2023 dari sebelumnya 49,2 pada Juli. Angka ini juga mengalahkan estimasi pasar sebesar 49,3.

Ini merupakan laju ekspansi aktivitas pabrik China terkuat sejak bulan Februari, dan juga menandai peningkatan kelima kalinya sejak awal tahun di tengah berbagai upaya Beijing untuk menghidupkan kembali pemulihan ekonomi negeri Panda tersebut.

Output dan pesanan baru kembali meningkat sementara lapangan kerja meningkat untuk pertama kalinya dalam 6 bulan. Tingkat pembelian juga meningkat, namun pada tingkat terbatas yang sebagian disebabkan oleh tingginya biaya bahan baku.

Dari segi harga, biaya input naik untuk pertama kalinya sejak bulan Februari, namun perusahaan terus menurunkan harga jual di tengah persaingan yang ketat.

Selain dari China, tanda-tanda pelemahan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga mendorong spekulasi bahwa bank sentral The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga, sehingga mengangkat sentimen pasar secara keseluruhan.

Ben Luckock, Co-Head of Oil Trading di raksasa perdagangan Trafigura, mengatakan pada Senin bahwa harga minyak mentah mungkin dalam tren bullish karena masih ketatnya pasar.

“Pasar mungkin agak terlalu santai. Kisaran USD72 hingga USD88 per barel adalah harga wajar untuk minyak, namun terbatasnya pasokan saat ini membuat komoditas ini rentan terhadap kenaikan harga minyak mentah lebih lanjut,” kata Luckock pada Asia Pacific Petroleum Conference (APPEC) yang diselenggarakan oleh S&P Global Commodity Insights, seperti dilansir Reuters.

Menurut Luckock, Trafigura dan seluruh pelaku pasar serta trader lainnya akan mencermati pengumuman Rusia minggu ini mengenai kesepakatan OPEC+ dan apakah Moskow akan terus mengurangi pasokan ke pasar.

Selain itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak juga mengatakan pekan lalu bahwa Moskow akan mengungkapkan parameter kesepakatan OPEC+ pada minggu ini.

“Masalah dengan pasokan Rusia adalah bagaimana membuktikan kredibilitas janji Rusia, mengingat sulitnya melacak ekspor minyak Moskow,” imbuh Luckock.

Pada acara yang sama, Russell Hardy, CEO perusahaan trader minyak independen terbesar dunia, Vitol, mengatakan bahwa pasokan minyak yang ketat mungkin akan lebih longgar dalam dua bulan ke depan. Hal ini disebabkan karena kilang-kilang minyak di India, Kuwait, Jizan, Oman dab China akan merencanakan pemeliharaan. (ADF)

SHARE