MARKET NEWS

Harga Minyak Melemah di Tengah Rencana OPEC Tambah Produksi

TIM RISET IDX CHANNEL 28/10/2025 07:02 WIB

Harga minyak ditutup sedikit melemah pada Senin (27/10/2025), tertekan oleh rencana OPEC untuk kembali meningkatkan produksi.

Harga Minyak Melemah di Tengah Rencana OPEC Tambah Produksi. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak ditutup sedikit melemah pada Senin (27/10/2025), tertekan oleh rencana OPEC untuk kembali meningkatkan produksi.

Sentimen positif dari harapan tercapainya kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS)-China dan sanksi baru Washington terhadap Rusia pun ikut mereda.

Kontrak berjangka (futures) minyak Brent turun hampir 0,5 persen, menjadi USD65,62 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) milik AS melemah 0,3 persen ke USD61,31 per barel. Kedua kontrak sempat turun sekitar 1 persen pada awal perdagangan.

Delapan negara anggota OPEC+ dikabarkan condong untuk menambah produksi minyak dalam jumlah kecil pada Desember mendatang ketika mereka bertemu pada Minggu, seiring dorongan Arab Saudi untuk merebut kembali pangsa pasar, menurut empat sumber Reuters yang mengetahui pembicaraan tersebut.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu pada Kamis untuk membahas kesepakatan yang dapat menunda kenaikan tarif impor AS dan menangguhkan pembatasan ekspor mineral langka dari China, sehingga meredakan kekhawatiran pasar terkait perang dagang.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Minggu mengatakan bahwa pejabat AS dan China telah menyusun ‘kerangka substansial’ untuk kesepakatan dagang yang dapat mencegah penerapan tarif 100 persen atas barang-barang China dan menunda pembatasan ekspor mineral langka oleh China.

“Kontrak berjangka minyak sedang jeda setelah reli tajam pekan lalu, menjelang pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi pada Kamis untuk merampungkan sebagian besar perbedaan dalam negosiasi dagang,” ujar Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial, Dennis Kissler.

Kissler menambahkan, AS telah menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan minyak besar Rusia pada Rabu lalu. Jika benar-benar diterapkan, sanksi ini dapat menghambat ekspor minyak Rusia dan mendukung kenaikan harga minyak.

“Meski pasar telah memperhitungkan potensi peningkatan perdagangan dengan China dan berkurangnya ekspor Rusia, pelaku pasar masih berhati-hati terhadap seberapa besar dampak nyata terhadap pasokan global,” katanya.

Kekhawatiran atas lemahnya permintaan global juga membebani pasar, setelah Brent sempat jatuh ke level terendah sejak Mei awal bulan ini. Namun, sanksi baru AS terhadap Rusia dan permintaan domestik AS yang lebih kuat dari perkiraan membantu menahan penurunan harga.

“Harapan bagi pihak yang optimistis adalah konsumsi minyak di AS terus membaik. Jika tidak, penurunan harga yang terlihat hari ini kemungkinan akan berlanjut,” kata Kepala Analis Pasar di IG Bank, Chris Beauchamp.

OPEC dan sekutunya tahun ini berbalik arah dengan membatalkan pemangkasan produksi sebelumnya demi merebut kembali pangsa pasar, langkah yang turut menahan laju kenaikan harga minyak.

Irak, produsen terbesar yang kerap melebihi kuota produksi dalam kelompok OPEC, sedang bernegosiasi mengenai besaran kuota produksinya dalam kapasitas yang tersedia sebesar 5,5 juta barel per hari, ujar Menteri Perminyakan Hayan Abdel-Ghani pada konferensi minyak, Senin.

Ia menambahkan, kebakaran di ladang minyak Zubair, Irak, pada Minggu tidak mempengaruhi ekspor minyak negara tersebut.

Pekan lalu, harga Brent dan WTI masing-masing naik 8,9 persen dan 7,7 persen, terdorong oleh sanksi AS dan Uni Eropa terhadap Rusia.

“Masih ada tantangan bagi minyak Rusia untuk masuk ke pasar global, namun dampaknya tergantung pada bagaimana sanksi tersebut diterapkan,” kata Analis Rystad, Janiv Shah. (Aldo Fernando)

SHARE