Harga Minyak Mendatar usai Turun Tajam
Minyak mentah berjangka (futures) rebound pada Rabu (17/7/2024) usai turun tajam pada perdagangan Selasa (16/7).
IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) rebound pada Rabu (17/7/2024) usai turun tajam pada perdagangan Selasa (16/7).
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup merosot 1,42 persen di level USD79,23 per barel, sementara minyak Brent turun 1,15 persen di level USD83,87 per barel, pada Selasa (16/7).
Pada pembukaan perdagangan Rabu (17/7), harga minyak WTI dibuka naik 0,12 persen dan Brent dibuka naik 0,15 persen pada pukup 9.20 WIB.
Pada Senin (15/7), harga minyak WTI ditutup terdepresiasi 0,33 persen di level USD80,77 per barel. Sementara minyak Brent ditutup tergelincir 0,16 persen di level USD84,89 per barel.
Harga minyak kembali melemah di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China yang menghambat permintaan.
Meskipun konsensus pasar yang berkembang meyakini The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) akan mulai memotong suku bunga utamanya segera setelah September. Keyakinan ini membatasi penurunan harga minyak lebih lanjut.
Melansir Reuters (17/7), harga minyak stabil di awal perdagangan Asia namun patokan minyak Brent berada di dekat level terendah dalam satu bulan yang dicapai pada sesi sebelumnya, karena tanda-tanda melemahnya pertumbuhan permintaan di China berbenturan dengan prospek penurunan stok minyak Amerika Serikat (AS).
"Kekhawatiran terhadap permintaan di China terus membebani sentimen," tulis analis ANZ Bank, Daniel Hynes.
Data resmi menunjukkan ekonomi negara pengimpor minyak utama ini tumbuh 4,7 persen pada kuartal kedua awal pekan ini, pertumbuhan paling lambat sejak kuartal pertama 2023.
Menurut Hynes, penguatan dolar AS juga membebani harga minyak. Indeks dolar sedikit lebih tinggi untuk sesi ketiga berturut-turut pada hari ini dan membuat harga minyak lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Kekhawatiran terhadap permintaan dan penguatan dolar mengimbangi tanda-tanda pengetatan pasokan di AS yang juga merupakan produsen dan konsumen minyak terbesar di dunia.
Dilaporkan persediaan minyak mentah AS turun 4,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 12 Juli, mengutip data American Petroleum Institute (API).
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS turun 33.000 barel.
Badan energi AS, EIA juga akan merilis laporan penyimpanan resminya pada pukul 14.30 GMT.
Sementara itu, analis Growmark Energy mengatakan meningkatnya risiko geopolitik membantu membatasi penurunan harga minyak.
Sebuah kapal tanker minyak berbendera Liberia sedang mengalami potensi tumpahan minyak setelah kapal tersebut diserang oleh kelompok Houthi Yaman di Laut Merah. Informasi ini disampaikan oleh Pusat Informasi Maritim Bersama (JMIC) Laut Merah dan Teluk Aden pada Selasa (15/7). (ADF)