Harga Minyak Menguat 2 Persen, Imbas Ketegangan di Timur Tengah
Harga Minyak kembali mengalami lonjakan pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (12/1/2024).
IDXChannel - Harga Minyak kembali mengalami lonjakan pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (12/1/2024).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melonjak lebih dari 2 persen di level USD73,68 per barel dan minyak mentah Brent naik di level USD79 per barel.
Kenaikan harga minyak memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya karena krisis geopolitik yang semakin mendalam di Timur Tengah memberikan peningkatan risiko pada harga minyak.
Pada Kamis (11/1) Bloomberg melaporkan bahwa Iran telah menangkap sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Oman sebagai tanggapan atas perselisihan terkait sanksi tahun lalu ketika Amerika Serikat (AS) menyita sebuah kapal tanker Iran.
Koalisi pimpinan AS juga melancarkan beberapa serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman ketika kelompok pemberontak tersebut terus mengganggu perdagangan di Laut Merah.
Sementara itu, laporan inflasi konsumen AS yang lebih tinggi dari perkiraan meredam spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mulai memotong suku bunga secepatnya pada bulan Maret.
Di akhir tahun 2023, AS mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,4 persen yoy pada Desember 2023. Angka ini meningkat dibanding inflasi November 2023 yang sebesar 3,1 persen yoy dan di atas ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi sebesar 3,2 persen yoy.
Secara bulanan, inflasi di AS mencapai 0,3 persen MoM dibanding November 2023 sebesar 0,1 persen MoM dan di atas ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi 0,2 persen MoM.
Inflasi inti pada Desember 2023 turun ke level 3,9 persen you, tetapi masih lebih tinggi dari ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi inti di level 3,8 persen yoy.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas Reynaldo Mulya mengatakan, realisasi inflasi AS pada Desember 2023 yang melebihi ekspektasi konsensus menandakan bahwa perjalanan The Fed untuk menekan inflasi ke target 2 persen belum selesai.
"Hal ini akan berkontribusi ke volatilitas pasar yang saat ini masih di dominasi narasi penurunan suku bunga. Adapun sektor-sektor yang sensitif dengan kebijakan suku bunga adalah perbankan, properti, dan teknologi,"
Pasar juga masih mengekspektasikan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada Maret 2024, dengan probabilitasnya mencapai 73,2 persen menurut analisis dari CME Group.
Di lain pihak, harga minyak bisa menutup perdagangan pekan ini dengan penguatan setelah pada awal pekan sempat turun tajam pasca Arab Saudi memangkas harga jual minyak produksinya.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa Arab Saudi telah mengumumkan penurunan harga jual resmi (OSP) minyak mentah utama Arab Light untuk Asia pada Februari sebesar USD2 menjadi USD1,50 per barel di atas harga acuan ke level terendah dalam 27 bulan. (ADF)