Harga Minyak Menguat di Awal Pekan, Isu Gencatan Senjata di Gaza Jadi Perhatian
Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent menguat di kisaran USD81 per barel dan USD85,8 per barel pada perdagangan awal pekan.
IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent menguat di kisaran USD81 per barel dan USD85,8 per barel pada perdagangan awal pekan, Senin (25/3/2024).
Pada pukul 08.11 WIB, WTI naik 0,56 persen dan Brent naik 0,54 persen, menurut data Trading Economics.
Pada penutupan pekan lalu, minyak mentah berjangka WTI turun menjadi sekitar USD80,6 per barel, turun 0,54 persen dan minyak Brent ditutup turun USD85,43 per barel, melemah 0,42 persen pada hari Jumat (22/3).
Harga minyak pekan lalu sempat meluncur untuk sesi ketiga berturut-turut karena kemungkinan gencatan senjata di Gaza. Wacana ini dapat meredakan kekhawatiran pasokan dan bisa kembali membebani harga minyak.
Ada laporan bahwa Amerika Serikat (AS) siap untuk membawa rancangan gencatan senjata antara Israel dan Palestina di Gaza ke pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat mendatang.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengatakan pada hari Kamis (21/3) bahwa adanya negosiasi perdamaian di Qatar akan berhasil.
Harga minyak juga mendapat tekanan dari penguatan dolar, yang kembali menguat di tengah spekulasi bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Sementara negara-negara besar lainnya mulai menurunkan suku bunga seperti Swiss National Bank.
Di tempat lain, data EIA menunjukkan bahwa pasokan produk bensin di AS, yang mewakili permintaan, turun di bawah 9 juta barel untuk pertama kalinya dalam tiga minggu. Kondisi ini menunjukkan konsumsi minyak yang lebih lemah.
Selain itu, jumlah total rig pengeboran minyak dan gas (migas) aktif di AS juga turun sebanyak 5 rig pada minggu lalu, menurut data lembaga konsultan migas Baker Hughes.
Jumlah total rig turun 5 menjadi 624 rig pada minggu lalu dibandingkan dengan 758 rig pada periode yang sama tahun lalu.
Jumlah rig minyak AS turun 1 rig pada minggu lalu setelah mengalami kenaikan sebanyak 6 rig pada minggu sebelumnya. Jumlah rig minyak kini hanya berjumlah 509 rig, turun 84 rig dibandingkan tahun lalu.
Di sisi lain, produksi minyak mentah AS tetap sama, yaitu rata-rata 13,1 juta barel per hari pada pekan yang berakhir 15 Maret. Angka ini turun 200.000 barel per hari dari level tertinggi sepanjang masa sebesar 13,3 juta barel per hari.
Sebelumnya, lembaga riset ING Global Market Research memprediksi pasar minyak akan terus mengetat pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini di tengah meningkatnya risiko pasokan.
Termasuk di antaranya disebabkan perpanjangan pengurangan pasokan sukarela dari OPEC+ hingga kuartal II-2024, serangan Ukraina baru-baru ini terhadap kilang-kilang Rusia serta gangguan terus-menerus terhadap aliran minyak melalui Laut Merah.
ING juga telah menaikkan perkiraan harga minyak dari USD80 per barel menjadi USD87 per barel untuk kuartal kedua 2024 dan dari USD82 per barel menjadi USD88 per barel untuk kuartal ketiga 2024.
Beberapa analis lain juga memiliki pandangan sentimen serupa. Dua hari lalu, menurut analis energi StoneX Alex Hodes, serangan Ukraina baru-baru ini terhadap kilang Rusia berpotensi mengurangi 350 ribu barel per hari pasokan minyak global dan meningkatkan harga minyak mentah AS sebesar USD3 per barel.
Analis di J.P. Morgan memperkirakan bahwa 900 ribu barel kapasitas kilang Rusia telah offline setelah serangan tersebut, menambah premi risiko sebesar USD4 per barel pada harga minyak.
Sementara itu, ING Global memperkirakan penurunan suku bunga oleh The Fed kemungkinan besar akan meningkatkan minat spekulatif di pasar berjangka minyak. (ADF)