MARKET NEWS

Harga Minyak Menguat di Tengah Sinyal Pelemahan Ekonomi China

Maulina Ulfa 15/07/2024 10:05 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (15/7/2024).

Harga Minyak Menguat di Tengah Sinyal Pelemahan Ekonomi China. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (15/7/2024).

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dibuka terapresiasi 0,06 persen di level USD81,67 per barel. Sementara, minyak Brent bergerak naik 0,09 persen di level USD85,11 per barel pada pukul 09.45 WIB.

Pada penutupan perdagangan Jumat (12/7/2024), kedua kontrak berjangka minyak ditutup turun di mana WTI melemah 1,42 persen di level USD81,04 per barel dan Brent terkoreksi 0,43 persen di level USD85,03 per barel.

Di sesi Kamis (11/7) harga minyak sempat mencoba rebound dari penurunan tiga hari beruntun seiring penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan data terbaru inflasi negeri paman Sam.

Pada sesi tersebut, minyak WTI ditutup menghijau 1,12 persen dan minyak Brent naik tipis 0,2 persen.

Penurunan harga minyak menjelang akhir pekan lalu mengakhiri tren kenaikan dua hari, di tengah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan untuk Juni, yang memperkuat harapan penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Sentimen pasar kini bergeser, di mana para pedagang sekarang memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 93 persen pada September, naik dari 73 persen pada awal minggu.

Meskipun harga minyak mengalami sedikit penurunan, terdapat tanda-tanda menggembirakan dari kuatnya permintaan pada musim panas.

Selain itu, tanda-tanda permintaan yang kuat di musim panas mendukung harga minyak. Berdasarkan rata-rata pergerakan empat minggu, permintaan bahan bakar jet AS telah mencapai tingkat tertinggi sepanjang tahun ini sejak 2019, sementara permintaan bensin telah melonjak ke tingkat tertinggi sejak 2021.

Harga minyak juga masih dibayangi pelemahan ekonomi China yang masih berlanjut. Perekonomian China dilaporkan tumbuh 4,7 persen yoy pada kuartal kedua 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.

Data teranyar ini juga meleset dari ekspektasi para analis, bahkan ketika para pembuat kebijakan berupaya untuk meningkatkan permintaan domestik di tengah penurunan properti yang berkepanjangan.

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua China akan meningkat 5,1 persen dari tahun sebelumnya, sedikit melambat dari 5,3 persen pada tiga bulan sebelumnya.

Pemerintah China kini menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen pada 2024. Target ini bahkan disebut banyak analis ambisius dan mungkin memerlukan lebih banyak stimulus.

Pada basis kuartalan, PDB China dilaporkan meningkat 0,7 persen bulan April-Juni, di bawah ekspektasi kenaikan 1,1 persen dan dibandingkan dengan revisi kenaikan 1,5 persen pada kuartal sebelumnya.

Para analis memperkirakan para pembuat kebijakan akan mengambil lebih banyak langkah untuk mendukung perekonomian negeri Tirai Bambu di tengah penurunan properti, meningkatnya utang pemerintah daerah, dan lemahnya belanja sektor swasta. (ADF)

SHARE