Harga Minyak Menguat Jelang Pertemuan Sejumlah Bank Sentral
Harga minyak kembali bertenaga pada perdagangan Senin (11/12/2023).
IDXChannel - Harga minyak kembali bertenaga pada perdagangan Senin (11/12/2023).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,34 persen di level USD71,49 per barel. Sementara minyak Brent naik 0,83 persen di level USD76,47 per barel pada pukul 11.44 WIB.
Minyak mentah menunjukkan penguatan untuk sesi kedua berturut-turut setelah pada perdagangan pekan lalu juga ditutup menguat. Kedua kontrak berjangka minyak tersebut telah naik dari level terendah dalam hampir tujuh bulan pada hari Jumat.
Harga minyak sedikit naik pada perdagangan hari ini karena data yang dirilis minggu lalu menunjukkan ketahanan ekonomi AS. Meskipun sebagian besar investor kini merasa gelisah menjelang serangkaian pertemuan bank sentral minggu ini, terutama bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Harga minyak juga tersengat rencana Amerika Serikat (AS) untuk mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis yang memberikan dukungan bagi pasar. Meskipun kekhawatiran tentang melemahnya fundamental pasar terus membebani sentimen.
Pemerintah AS tengah mencanangkan pembelian minyak untuk mengisi cadangan strategis hingga 3 juta barel untuk pengiriman Maret 2024.
Namun, harga minyak masih mengalami penurunan tujuh minggu berturut-turut, yang terpanjang sejak tahun 2018, di tengah tanda-tanda peningkatan pasokan global dan melemahnya permintaan.
Secara mingguan, harga minyak WTI masih tertekan 2,15 persen, sementara Brent turun 2,01 persen. Namun demikian, tekanan pada harga minyak dapat ditekan dibanding pekan sebelumnya.
Meskipun OPEC+ berupaya mengurangi produksi sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama 2024, para investor masih tetap skeptis bahwa hal tersebut akan berdampak signifikan terhadap pasar minyak. Ini karena produksi di negara-negara non-OPEC yang terus meningkat.
Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global, terutama di AS dan China juga mengaburkan prospek permintaan global. Investor sekarang menantikan laporan bulanan dari OPEC dan IEA minggu ini untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai fundamental pasokan dan permintaan minyak.
Namun hal ini diimbangi oleh data nonfarm payrolls AS yang kuat pada Jumat. Laporan data penggajian (payrolls) yang optimis telah membuat para investor mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Maret 2024. Meskipun, peluang pemotongan suku bunga pada bulan Mei tetap sebesar 76 persen.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada 5,25-5,5 persen pada pertemuan minggu ini.
Hal ini juga memacu optimisme terhadap prospek permintaan minyak mentah, terutama dalam skenario soft landing (perlambatan pertumbuhan) perekonomian AS.
Namun, pemulihan besar-besaran pada minyak masih terbatas menjelang serangkaian pertemuan penting bank sentral dan pembacaan data ekonomi minggu ini.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, namun pandangannya terhadap rencana penurunan suku bunga pada tahun 2024 akan diawasi dengan ketat menyusul tanda-tanda kekuatan pasar tenaga kerja AS.
Setelah pertemuan The Fed, data inflasi AS untuk bulan November juga tersedia pada minggu ini.
Selain The Fed, keputusan suku bunga dari Bank of England, Bank Sentral Eropa, dan Bank Nasional Swiss juga akan dirilis pada minggu ini.
Kondisi moneter global kemungkinan akan tetap ketat hingga 2024, sehingga membatasi pertumbuhan ekonomi dan membebani permintaan minyak mentah. Gagasan ini sangat membebani minyak pada 2023, sehingga membatasi kenaikan besar dari beberapa pengurangan produksi OPEC+.
Kelemahan ekonomi negara eksportir minyak terbesar kedua, China juga menjadi isu utama yang membebani pasar minyak. Data minggu lalu menunjukkan impor minyak China merosot ke level terendah dalam empat bulan pada November, di tengah tingginya stok dan lemahnya permintaan bahan bakar. (ADF)