MARKET NEWS

Harga Minyak Menguat, Pasar Cermati Serangan ke Fasilitas Energi Rusia

TIM RISET IDX CHANNEL 16/09/2025 07:14 WIB

Harga minyak ditutup menguat pada Senin (15/9/2025) seiring investor menilai dampak serangan drone Ukraina terhadap kilang minyak Rusia.

Harga Minyak Menguat, Pasar Cermati Serangan ke Fasilitas Energi Rusia. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak ditutup menguat pada Senin (15/9/2025) seiring investor menilai dampak serangan drone Ukraina terhadap kilang minyak Rusia serta tekanan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar negara-negara NATO menghentikan pembelian minyak Rusia.

Kontrak berjangka (futures) Brent naik 0,67 persen menjadi USD67,44 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) meningkat 0,97 persen ke USD63,30 per barel.

Menurut Analis Senior di Price Futures Group, Phil Flynn, dikutip dari Reuters, serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia dan tekanan Trump pada pembeli minyak mentah Rusia mendorong kenaikan harga minyak.

“Di balik layar, ada banyak kekhawatiran mengenai pasokan minyak berat dan ketatnya suplai diesel yang menjaga pasar tetap terdukung,” imbuh Flynn.

Salah satu kilang terbesar Rusia di Kota Kirishi, barat laut negara itu, menghentikan unit pemrosesan utama setelah serangan drone Ukraina akhir pekan, kata dua sumber industri pada Senin.

Kedua kontrak minyak tersebut naik lebih dari 1 persen pekan lalu usai Ukraina meningkatkan serangan ke infrastruktur minyak Rusia, termasuk terminal ekspor terbesar Primorsk.

Primorsk memiliki kapasitas memuat sekitar 1 juta barel per hari minyak mentah, sementara kilang Kirishi memproses sekitar 355.000 barel per hari atau 6,4 persen dari total produksi minyak Rusia.

Trump pada Sabtu menyatakan AS siap menjatuhkan sanksi energi baru terhadap Rusia, tetapi hanya jika seluruh negara NATO menghentikan pembelian minyak Rusia dan menerapkan langkah serupa.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari permintaan kilang yang solid di China bulan lalu serta penurunan stok minyak mentah AS, meski data ekonomi yang lebih lemah dari China menekan harga, kata Analis UBS Giovanni Staunovo.

Investor kini menanti keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan 16-17 September, yang diperkirakan melonggarkan kebijakan moneter. Biaya pinjaman yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan bahan bakar.

“Pasar mulai memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih agresif, menekan dolar AS dan memberi dorongan bagi minyak,” ujar Flynn.

Dolar AS melemah terhadap mata uang utama pada Senin, yang dapat mendorong permintaan minyak karena pelemahan dolar membuat harga minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Pekan lalu, data perekrutan tenaga kerja yang lebih lemah dan inflasi yang meningkat di AS menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi di negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut. (Aldo Fernando)

>
SHARE