MARKET NEWS

Harga Minyak Menguat Tipis Usai Iran Remehkan Serangan Israel

Nia Deviyana 20/04/2024 08:20 WIB

Harga minyak ditutup sedikit lebih tinggi pada Jumat (19/4/2024) setelah Iran meremehkan serangan balik Israel di wilayahnya.

Harga Minyak Menguat Tipis Usai Iran Remehkan Serangan Israel. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Harga minyak ditutup sedikit lebih tinggi pada Jumat (19/4/2024) setelah Iran meremehkan serangan balik Israel di wilayahnya. Respons Iran memberikan asumsi bahwa eskalasi permusuhan di Timur Tengah mungkin dapat dihindari.

Melansir Reuters, Brent berjangka ditutup naik 0,21% menjadi USD87,29 per barel. Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS bulan depan untuk pengiriman Mei naik 0,5% menjadi USD83,14 per barel. 

Kedua harga minyak acuan tersebut melonjak lebih dari USD3 per barel di awal sesi setelah ledakan terdengar di kota Isfahan di Iran yang oleh sumber digambarkan sebagai serangan Israel. 

Namun, kenaikkan itu tidak lama setelah Teheran meremehkan insiden tersebut dan mengatakan pihaknya tidak berencana untuk membalas.

"Itu hanyalah sebuah pertunjukan besar, sehingga pasar langsung mengempis secepat lonjakannya," kata ekonom di Matador Economics, Tim Snyder.

Investor memantau dengan cermat tanggapan Israel terhadap serangan drone dan rudal Iran pada 13 April 2024, yang juga merupakan respons terhadap dugaan serangan udara Israel pada 1 April yang menghancurkan sebuah bangunan di kompleks kedutaan Iran di Damaskus.

Sementara itu, anggota parlemen AS telah menambahkan sanksi terhadap ekspor minyak Iran ke dalam paket bantuan Ukraina yang tertunda setelah serangan Teheran terhadap Israel akhir pekan lalu.

Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), menurut data Reuters.

Sejauh ini, investor tidak mengesampingkan kemungkinan ketegangan di Timur Tengah akan berpotensi mengganggu pasokan.

Analis dari Goldman Sachs dan Commerzbank menaikkan perkiraan harga minyak mentah Brent mereka pada hari Jumat, dengan mempertimbangkan ketegangan geopolitik serta prospek peningkatan permintaan dan terbatasnya pasokan oleh OPEC dan sekutunya (OPEC+).

"Permintaan minyak tumbuh pada kecepatan yang sehat, dan pasokan akan dibatasi karena perpanjangan pengurangan produksi sukarela OPEC+," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini menambah rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam lima minggu. Jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, naik 2 rig menjadi 619 rig per 19 April 2024.

(NIA)

SHARE