Harga Minyak Menguat usai Serangan Israel ke Qatar
Harga minyak dunia ditutup menguat pada Selasa (9/9/2025) setelah militer Israel menyatakan telah melancarkan serangan terhadap pimpinan Hamas di Doha, Qatar.
IDXChannel - Harga minyak dunia ditutup menguat pada Selasa (9/9/2025) setelah militer Israel menyatakan telah melancarkan serangan terhadap pimpinan Hamas di Doha, Qatar. Aksi ini menandai meluasnya operasi militer Israel di Timur Tengah.
Kontrak berjangka (futures) Brent naik 0,6 persen menjadi USD66,39 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) juga bertambah 0,6 persen ke USD62,63 per barel.
Kedua acuan harga minyak tersebut sempat melonjak hampir 2 persen setelah kabar serangan ke Qatar, namun sebagian besar kenaikan itu menguap ketika Amerika Serikat (AS) menjamin Doha bahwa insiden serupa tidak akan terulang di wilayahnya.
“Baik AS maupun Qatar sudah menegaskan tidak ingin ada eskalasi lebih lanjut. Reaksi tenang dari anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) juga memperkuat pandangan bahwa risiko konflik regional lebih luas masih terkendali,” kata Kepala Analisis Geopolitik Rystad Energy Jorge Leon, dikutip Reuters.
Leon menambahkan, “Untuk saat ini, premi risiko geopolitik lebih cenderung mereda ketimbang meningkat.”
Analis UBS Giovanni Staunovo menambahkan, harga minyak juga memangkas kenaikan karena serangan tersebut tidak menimbulkan gangguan pasokan langsung.
Sebelum insiden di Qatar, harga minyak sudah lebih dulu bergerak naik, didukung keputusan OPEC+ menambah produksi dalam jumlah lebih kecil dari perkiraan, ekspektasi bahwa China akan terus menimbun cadangan minyak, serta kekhawatiran atas potensi sanksi baru terhadap Rusia.
Namun, potensi kenaikan harga dibatasi setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) menyebut harga minyak mentah global diperkirakan berada di bawah tekanan besar dalam beberapa bulan mendatang akibat meningkatnya persediaan.
Menurut analis StoneX Alex Hodes, pasar fisik minyak juga tampak melemah, dengan spread prompt di kawasan Atlantik turun tajam.
“Fakta bahwa pasar tidak merespons besar terhadap eskalasi di Timur Tengah ini menunjukkan betapa lemahnya pasar saat ini,” ujarnya.
Sumber pasar menyebut persediaan minyak mentah AS naik pekan lalu, merujuk laporan American Petroleum Institute (API). Data resmi EIA mengenai stok minyak AS akan dirilis Rabu pukul 10.30 pagi waktu setempat.
Pelaku pasar juga menanti keputusan Federal Reserve (The Fed) pekan depan, yang diperkirakan memangkas suku bunga AS. Suku bunga lebih rendah dapat menekan biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus meningkatkan permintaan energi.
Revisi data ketenagakerjaan AS untuk 12 bulan hingga Maret pada Selasa menunjukkan hasil yang lebih lemah dari perkiraan.
Kondisi ini ikut memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga jangka pendek pekan depan, dengan peluang penurunan lanjutan tahun ini untuk menopang pasar tenaga kerja. (Aldo Fernando)