MARKET NEWS

Harga Minyak Mentah Menguat 10 Persen sepanjang Juni

Maulina Ulfa 01/07/2024 09:54 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) menguat pada pembukaan perdagangan di awal pekan, Senin (1/7/2024).

Harga Minyak Mentah Menguat 10 Persen sepanjang Juni. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) menguat pada pembukaan perdagangan di awal pekan, Senin (1/7/2024).

Minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,4 persen di level USD81,88 per barel dan Brent bergerak naik 0,36 persen di level USD85,32 per barel pada pukul 09.06 WIB.

Pada sesi Jumat (26/6), harga minyak WTI ditutup melemah 0,24 persen di level USD81,54 per barel. Sementara, minyak Brent naik tipis 0,02 persen di level USD86,39 per barel.

Secara mingguan, harga minyak WTI menguat 0,29 persen dan dalam sebulan sudang menguat 10,3 persen. Sementara harga minyak Brent secara mingguan terkontraksi tipis 0,81 persen namun secara bulanan naik 8,88 persen.

Harga minyak menguat di awal perdagangan Asia diuntungkan oleh pelemahan dolar karena data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) membuat para investor meningkatkan spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada September.

Inflasi di AS berdasarkan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), turun tipis menjadi 2,6 persen secara tahunan pada Mei dari 2,7 persen pada April.

Indeks Harga PCE inti, tidak termasuk harga pangan dan energi yang berfluktuasi di level 2,6 persen pada periode yang sama, turun dari kenaikan 2,8 persen yang tercatat pada April.

Namun kenaikan harga minyak masih tertahan oleh kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi importir utama minyak, China, setelah data yang dirilis pada akhir pekan menunjukkan aktivitas bisnis di negara tersebut masih rapuh.

Kedua kontrak minyak mentah dunia mengalami kenaikan besar sepanjang Juni karena gejolak geopolitik di Timur Tengah dan Rusia meningkatkan kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan. Kondisi ini menyebabkan para investor memberikan premi risiko yang lebih besar pada minyak mentah.

Minyak juga mendapatkan keuntungan dari pelemahan dolar di mana indeks dolar turun sekitar 0,2 persen di perdagangan Asia, melanjutkan penurunan dari Jumat (28/6) setelah indeks harga PCE – yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed – menunjukkan inflasi sedikit menurun pada Mei.

Investor kini meningkatkan taruhannya terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September yang bisa membebani greenback.

Dolar yang lebih lemah menguntungkan permintaan minyak dengan membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pembeli internasional.

Fokus minggu ini adalah pada sinyal dari The Fed, di mana Ketua Jerome Powell akan menyampaikan pidatonya pada Selasa (2/7), sementara risalah pertemuan The Fed Juni akan dirilis pada Rabu (3/7).

Data utama nonfarm payrolls juga akan dirilis pada Jumat, dengan data pasar tenaga kerja menjadi pertimbangan utama bagi The Fed dalam mengambil kebijakan terkait suku bunga. (ADF)

SHARE