MARKET NEWS

Harga Minyak Mentah Turun 6 Hari Beruntun, Bagaimana Nasib ENRG-MEDC Cs?

TIM RISET IDX CHANNEL 08/08/2025 13:40 WIB

Harga minyak mentah melemah enam hari tanpa henti usai sempat menyentuh level USD70 per barel pada akhir Juli lalu. Bagaimana nasib saham-saham terkait?

Harga Minyak Mentah Turun 6 Hari Beruntun, Bagaimana Nasib ENRG-MEDC Cs? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak mentah terus melemah selama enam hari berturut-turut, meninggalkan level USD70 per barel yang sempat disentuh pada akhir Juli lalu. Bagaimana nasib saham-saham terkait?

Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga penutupan sesi I perdagangan Jumat (8/8/2025), saham-saham minyak dan gas (migas) cenderung beragam. Saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) menguat 4,35 persen dan induknya PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) naik 1,92 persen, lebih tersengat efek inklusi indeks global MSCI pagi ini.

Selain RATU dan RAJA, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) juga naik tipis 0,42 persen.

Berbeda, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) justru anjlok 13,39 persen, PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) melorot 6,36 persen, dan PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) terkoreksi 3,85 persen.

Selain itu, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tergerus 3,23 persen dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) minus 0,77 persen.

Menurut penjelasan pengamat pasar modal Michael Yeoh, prospek harga minyak memang belum cukup menjanjikan untuk mendorong penguatan signifikan saham-saham tersebut.

“Harga minyak memang diproyeksikan flat dan condong menurun untuk tahun ini,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).

Ia menambahkan, tanpa pemicu fundamental yang kuat, sulit bagi saham-saham seperti AKRA, ELSA, dan MEDC untuk keluar dari fase konsolidasi.

“Perlu katalis yang cukup kuat bagi emiten-emiten ini agar bisa keluar dari sideways panjang ini,” tutur Michael.

Harga minyak turun pada Kamis (7/8) untuk hari keenam berturut-turut setelah Kremlin mengumumkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam beberapa hari ke depan.

Pertemuan ini memicu harapan akan solusi diplomatik untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Minyak Brent ditutup melemah 0,7 persen ke level USD66,43 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 0,7 persen ke USD63,88 per barel.

Kedua acuan harga tersebut juga turun sekitar 1 persen pada Rabu, menyentuh posisi terendah dalam delapan pekan, setelah Trump menyampaikan pernyataan soal kemajuan dalam pembicaraan dengan Moskow.

Melansir dari Reuters, penasihat Kremlin, Yuri Ushakov, pada Kamis mengatakan bahwa Trump dan Putin akan bertemu dalam beberapa hari ke depan, dalam pertemuan tingkat tinggi pertama antara pemimpin kedua negara sejak 2021.

Seorang pejabat Gedung Putih sebelumnya menyebut pertemuan bisa berlangsung paling cepat pekan depan.

Namun, AS tetap melanjutkan persiapan untuk menjatuhkan sanksi sekunder kepada para pembeli utama produk energi Rusia sebagai upaya menekan Moskow agar menghentikan perang di Ukraina. Rusia merupakan produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS.

Pemerintah AS juga memerintahkan tarif baru atas produk asal India. Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 25 persen pada Rabu terhadap barang-barang dari India, dengan alasan negara itu masih mengimpor minyak dari Rusia. Pajak impor baru ini akan berlaku mulai 28 Agustus.

India merupakan pembeli minyak Rusia terbesar kedua setelah China. Trump juga mengatakan bahwa ia mungkin akan mengumumkan tarif tambahan terhadap China.

Harga minyak telah merosot lebih dari 9 persen selama sepekan terakhir.

“Kenaikan produksi OPEC yang berkelanjutan tetap menjadi tekanan utama bagi pasar, sementara ketidakpastian soal tarif terus menjadi alasan dominan yang mendukung pelemahan harga,” demikian kata analis dari firma penasihat energi Ritterbusch and Associates.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia — dikenal sebagai OPEC+ — sepakat pada Minggu untuk menaikkan produksi minyak sebesar 547.000 barel per hari pada September.

Namun tekanan jual pada Kamis dibatasi oleh penurunan stok minyak mentah di AS, kenaikan harga minyak Arab Saudi untuk kawasan Asia, dan tingginya impor minyak mentah China pada Juli, kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu melaporkan, persediaan minyak mentah AS turun 3 juta barel menjadi 423,7 juta barel pada pekan yang berakhir 1 Agustus, lebih besar dari perkiraan penurunan 591.000 barel dalam jajak pendapat Reuters.

Di China, impor minyak mentah pada Juli turun 5,4 persen dibanding Juni, namun masih naik 11,5 persen secara tahunan. Analis memperkirakan aktivitas penyulingan tetap tinggi dalam waktu dekat.

Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, pada Rabu kembali menaikkan harga minyak mentah untuk pembeli Asia pada pengiriman September — kenaikan bulanan kedua berturut-turut — didorong oleh pasokan yang ketat dan permintaan yang kuat. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE