MARKET NEWS

Harga Minyak Naik 3 Persen Didorong Tekanan AS ke Rusia dan Harapan Damai Dagang

TIM RISET IDX CHANNEL 30/07/2025 07:15 WIB

Harga minyak mentah naik lebih dari 3 persen pada Selasa (29/7/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap Rusia.

Harga Minyak Naik 3 Persen Didorong Tekanan AS ke Rusia dan Harapan Damai Dagang. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah naik lebih dari 3 persen pada Selasa (29/7/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap Rusia terkait perang di Ukraina.

Sentimen positif lainnya datang dari tumbuhnya optimisme bahwa perang dagang antara AS dan sejumlah mitra utamanya mulai mereda.

Kontrak Brent crude ditutup melesat 3,53 persen ke level USD72,51 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) meningkat 3,75 persen menjadi USD69,21 per barel. Kedua kontrak tersebut mencapai level penutupan tertingginya sejak 20 Juni.

Melansir dari Reuters, pada Selasa, Trump menyatakan mulai menerapkan tarif dan langkah-langkah lainnya terhadap Rusia dalam 10 hari jika Moskow tidak menunjukkan kemajuan dalam mengakhiri perang di Ukraina.

“Kita sudah meningkatkan tekanan ke Rusia. Sekarang ada tenggat waktu selama 10 hari,” ujar analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn.

“Dan ada indikasi bahwa negara lain juga akan bergabung dengan AS,” kata Flynn.

Masih pada hari yang sama, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan, ia telah memperingatkan pejabat China bahwa berdasarkan undang-undang tarif sekunder AS atas minyak Rusia yang dikenai sanksi, Beijing bisa menghadapi tarif tinggi jika tetap melanjutkan pembelian minyak dari Rusia.

Pernyataan Bessent itu disampaikan setelah dua hari pembicaraan bilateral yang bertujuan menyelesaikan sengketa ekonomi lama dan meredakan ketegangan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa yang, meskipun memberlakukan tarif impor sebesar 15 persen atas sebagian besar barang asal Eropa, berhasil menghindari perang dagang penuh antara dua sekutu utama tersebut—yang jika terjadi, dapat mengguncang sepertiga perdagangan global dan menekan permintaan energi.

“Ada optimisme soal kesepakatan dagang ini,” kata direktur energi berjangka di Mizuho, Bob Yawger.

“Memang bukan kesepakatan sempurna, terutama bagi pihak Eropa, tapi jelas lebih baik daripada skenario terburuk,” imbuh Yawger.

Dalam kesepakatan itu, Uni Eropa juga berkomitmen membeli komoditas energi dari AS senilai USD750 miliar dalam tiga tahun ke depan—target yang menurut analis hampir mustahil tercapai. Sementara itu, perusahaan-perusahaan Eropa akan berinvestasi sebesar USD600 miliar di AS selama masa jabatan Trump.

Di sisi lain, stok minyak mentah AS naik 1,54 juta barel minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute (API) pada Selasa. Data resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) akan dirilis Rabu waktu setempat.

Pelaku pasar juga menantikan hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang berlangsung Selasa dan Rabu waktu setempat.

Analis pasar senior di Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, mengatakan, The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga, tetapi bisa memberi sinyal sikap dovish mengingat tanda-tanda pelemahan inflasi. (Aldo Fernando)

>
SHARE