MARKET NEWS

Harga Minyak Naik 4 Hari Beruntun, Pasar Pasang Mode Bullish

TIM RISET IDX CHANNEL 08/02/2024 09:14 WIB

Harga minyak mentah dunia menguat selama 4 hari beruntun seiring pelaku pasar memasang taruhan bullish untuk komoditas energi tersebut.

Harga Minyak Naik 4 Hari Beruntun, Pasar Pasang Mode Bullish. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak mentah dunia menguat selama 4 hari beruntun seiring pelaku pasar memasang taruhan bullish untuk komoditas energi tersebut.

Kontrak berjangka (futures) minyak jenis brent menguat 0,28 persen secara harian ke level USD79,44 per barel pada Kamis (8/2/2024) per pukul 08.52 WIB. Dengan ini, brent sudah naik 2,7 persen selama 4 hari terakhir.

Setali tiga uang, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) ikut terapresiasi, yakni sebesar 0,30 persen ke USD74,08 per barel. Dalam 4 hari belakangan, WTI sudah meningkat 2,5 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: TradingView [Brent/BRN, WTI/WBSH]

Dua futures minyak tersebut sedang dalam tren kenaikan sejak pertengahan Desember 2023, kendati masih tertekan sejak berpesta hingga puncaknya di medio 2022 lalu.

Kenaikan harga minyak di tengah laporan dari Energy Information Administration (EIA) AS mengirimkan sinyal beragam ke pasar.

Persediaan bensin AS turun 3,15 juta barel pada pekan lalu, bertentangan dengan ekspektasi penurunan dan menunjukkan permintaan minyak mentah yang lebih kuat. Namun, persediaan minyak nasional mengalami peningkatan terbesar sejak November, sehingga membatasi harga.

Sementara, pada Selasa, American Petroleum Institute (API) memperkirakan persediaan minyak mentah telah bertambah sebanyak 674.000 barel dalam seminggu hingga tanggal 2 Februari, jauh lebih sedikit dari 2,13 juta barel yang diperkirakan para analis akan bertambah selama periode tersebut.

Melansir Bloomberg, Rabu (7/2), harga minyak mentah naik sekitar 3 persen tahun ini, terpapar dampak perang di Timur Tengah dan kenaikan biaya transportasi sebagian besar diimbangi oleh prospek makroekonomi yang beragam.

“Pasar minyak mentah masih sempit dan terbatas pada kisaran tertentu,” kata Keshav Lohiya, pendiri konsultan Oilytics kepada Bloomberg.

“Salah satu alasan terbesar di balik pasar minyak menyerap semua premi risiko geopolitik ini adalah terbatasnya pertumbuhan pasokan dari negara-negara non-OPEC," imbuhnya.

Posisi Bullish

Sementara, mengutip Oilprice.com, Selasa (6/2), para money manager menjadi semakin optimis terhadap minyak mentah di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan meningkatnya keyakinan bahwa AS akan berhasil menghindari resesi tahun ini.

Pada akhir Januari, hedge fund dan investor portofolio lainnya terus membeli minyak mentah, memperluas posisi net long—perbedaan antara pertaruhan bullish dan bearish.

Itu menjadi posisi net long terbesar yang pernah mereka pertahankan sejak September lalu ketika harga minyak mulai merosot karena kekhawatiran terhadap perekonomian dan kelebihan pasokan di pasar.

Optimisme yang lebih besar terhadap perekonomian AS, pengalihan rute besar-besaran kapal tanker minyak mentah dan bahan bakar menjauh dari Terusan Suez dan Laut Merah, dan menurunnya persediaan di Cushing, pusat yang menyediakan mekanisme pengiriman fisik untuk kontrak berjangka NYMEX WTI, telah memberikan dukungan bagi para trader untuk bersikap bullish pada Brent dan WTI.

Bisa dibilang, sikap bearish yang terjadi pada bulan Desember telah digantikan oleh sentimen yang lebih bullish, yang telah mendukung harga pada akhir Januari dan mendorong investor untuk mulai melakukan aksi beli lagi.

Trader berlomba untuk menambah posisi short pada akhir tahun lalu. Satu bulan kemudian, mereka bergegas menambahkan posisi beli baru dan menutup posisi jual, membalikkan tren bearish dari Desember.

Suasana bullish di pasar mulai terbentuk setelah pertengahan Januari.

Dalam minggu menjelang tanggal 23 Januari, para money manager membeli banyak kontrak WTI dan melikuidasi banyak kontrak short, sehingga memangkas taruhan bearish mereka terhadap WTI paling banyak dalam sembilan bulan terakhir. (ADF)

SHARE