Harga Minyak Naik di Tengah Ketatnya Pasokan Global
Harga minyak naik pada Jumat (22/9/2023) naik dipengaruhi kekhawatiran terhadap pasokan global setelah Rusia melarang ekspor bahan bakar.
IDXChannel - Harga minyak naik pada Jumat (22/9/2023) naik dipengaruhi kekhawatiran terhadap pasokan global setelah Rusia melarang ekspor bahan bakar. Di sisi lain, pasar juga khawatir permintaan berkurang akibat kemungkinan naiknya suku bunga Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Bloomberg pukul 09.10 WIB, minyak Brent berjangka naik 32 sen, atau 0,34%, menjadi USD93,62 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 40 sen, atau 0,45%, menjadi USD90,03 per barel.
Meski begitu, harga minyak masih menuju kerugian mingguan dalam empat minggu terakhir. Kedua minyak acuan tersebut berada di jalur penurunan kecil mingguan setelah naik lebih dari 10% dalam tiga minggu sebelumnya di tengah kekhawatiran mengenai ketatnya pasokan global karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) mempertahankan pengurangan produksi.
“Perdagangan tetap naik turun di tengah tarik-menarik antara kekhawatiran pasokan yang diperkuat oleh larangan Rusia terhadap ekspor bahan bakar dan kekhawatiran atas permintaan yang lebih lambat akibat kebijakan moneter yang lebih ketat di Amerika Serikat dan Eropa,” kata Toshitaka Tazawa, analis di Fujitomi Sekuritas Co Ltd dilansir dari Reuters, Jumat (22/9/2023).
“Ke depannya, investor akan fokus pada apakah pengurangan produksi OPEC+ dilaksanakan seperti yang dijanjikan dan apakah kenaikan suku bunga akan mengurangi permintaan,” katanya. Dia pun memperkirakan WTI akan diperdagangkan pada kisaran USD90-USD95.
Rusia untuk sementara waktu melarang ekspor bensin dan solar ke semua negara di luar empat negara bekas Uni Soviet dengan dampak langsung untuk menstabilkan pasar bahan bakar dalam negeri, kata pemerintah pada Kamis (21/9/2023).
Kekurangan tersebut, yang akan memaksa pembeli bahan bakar Rusia untuk berbelanja di tempat lain, menyebabkan minyak pemanas berjangka Hoc1 naik hampir 5% pada hari Kamis.
DI sisi lain, Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu mempertahankan suku bunganya, namun memperketat sikap hawkishnya, memproyeksikan kenaikan seperempat poin persentase menjadi 5,50-5,75% pada akhir tahun.
Hal ini memperkuat kekhawatiran bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong permintaan, sekaligus meningkatkan dolar AS ke level tertinggi sejak awal Maret. Sehingga membuat minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Bank of England meniru kebijakan The Fed dan mempertahankan suku bunga pada hari Kamis setelah kenaikan suku bunga dalam jangka panjang, namun mengatakan pihaknya tidak menganggap remeh penurunan inflasi baru-baru ini.
(FRI)