Harga Minyak Naik Lagi, Tertinggi sejak Oktober 2023
Kontrak berjangka (futures) minyak mentah kembali menguat pada perdagangan Kamis (4/4/2024).
IDXChannel – Kontrak berjangka (futures) minyak mentah kembali menguat pada perdagangan Kamis (4/4/2024) di tengah kekhawatiran berkurangnya pasokan seiring produsen utama mempertahankan pemangkasan produksi.
Minyak jenis Brent naik 0,28 persen ke posisi USD89,61 per barel per pukul 11.16 WIB, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,33 persen ke lefel USD85,71 per barel.
Kedua kontrak minyak tersebut berada di level tertinggi sejak akhir Oktober 2023 usai naik 5 hari beruntun.
Minyak menguat menyusul serangan Ukraina terhadap kilang-kilang Rusia telah mengurangi pasokan bahan bakar dan di tengah kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas di Gaza dapat meluas hingga mencakup Iran, sehingga mungkin mengganggu pasokan di kawasan utama Timur Tengah.
Pertemuan para pejabat utama Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, mempertahankan kebijakan pasokan minyak pada Rabu dan menekan beberapa negara untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengurangan produksi.
Kelompok tersebut mengatakan beberapa anggota akan mengkompensasi kelebihan pasokan pada kuartal I-2024. Ia juga mengatakan Rusia akan beralih ke produksi daripada membatasi ekspor.
Juga pada Rabu, Ketua Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) Jerome Powell berhati-hati mengenai penurunan suku bunga di masa depan karena data terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.
Komentar tersebut menjadi sentimen positif bagi minyak karena mengindikasikan pertumbuhan ekonomi AS yang solid, kata Rob Haworth, ahli strategi investasi senior di grup manajemen aset Bank AS.
Di Timur Tengah, Iran telah bersumpah akan membalas dendam terhadap Israel atas serangan pada Senin yang menewaskan personel militer tingkat tinggi Iran. Iran adalah produsen terbesar ketiga di OPEC.
Sedangkan, analis ANZ Research, dikutip Dow Jones Newswires, Rabu (3/4), menjelaskan dalam sebuah catatan riset, harga minyak yang naik pada awal perdagangan Asia seiring meningkatnya risiko geopolitik dan tanda-tanda permintaan yang kuat.
Pasar menjadi semakin khawatir bahwa risiko gangguan pasokan minyak meningkat tajam setelah Iran bersumpah akan membalas dendam kepada Israel atas serangan udara terhadap kedutaan besarnya di Suriah, imbuh riset tersebut.
Lebih lanjut, kata ANZ, sentimen tersebut turut didukung oleh data PMI manufaktur China yang kuat, yang seharusnya menjadi pertanda baik bagi permintaan minyak oleh importir minyak terbesar dunia. (ADF)