MARKET NEWS

Harga Minyak Naik Lebih dari 1 Persen Dipicu Aksi OPEC dan Serangan Ukraina

TIM RISET IDX CHANNEL 02/12/2025 07:25 WIB

Harga minyak dunia naik lebih dari 1 persen pada Senin (1/12/2025) setelah serangan drone oleh Ukraina dan sejumlah sentimen lainnya.

Harga Minyak Naik Lebih dari 1 Persen Dipicu Aksi OPEC dan Serangan Ukraina. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak dunia naik lebih dari 1 persen pada Senin (1/12/2025) setelah serangan drone oleh Ukraina, keputusan Amerika Serikat (AS) menutup wilayah udara Venezuela, serta keputusan OPEC mempertahankan level produksi pada kuartal pertama 2026.

Kontrak berjangka (futures) Brent ditutup pada USD63,17 per barel, meningkat 1,27 persen. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di USD59,32 per barel, menguat 1,32 persen.

“Pasar sedang sangat waspada karena potensi hilangnya pasokan minyak Rusia,” kata Partner di Again Capital LLC, John Kilduff, dikutip Reuters.

Ia menambahkan, “Pelaku pasar memantau ketat apakah kesepakatan Rusia-Ukraina ini akan berjalan mulus atau justru keluar jalur.”

Kekhawatiran atas kemungkinan konflik antara AS dan Venezuela dianggap jauh lebih kecil dibanding fokus pada perang di Ukraina. “Saya rasa tidak banyak yang khawatir soal hilangnya pasokan dari Venezuela,” ujar Kilduff.

Menurut Phil Flynn, analis senior Price Futures Group, kombinasi serangan Ukraina dan komitmen produksi OPEC mendorong harga minyak menguat pada sesi pagi di New York.

“Serangan drone Ukraina terhadap armada bayangan Rusia serta keputusan OPEC mempertahankan produksi membuat pasar lebih optimistis,” tulis Flynn dalam catatannya.

Ia melanjutkan, “Ini terjadi ketika permintaan minyak global terus meningkat meski sentimen negatif soal permintaan masih terdengar.”

Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), yang mengangkut sekitar 1 persen minyak dunia, mengatakan pada Sabtu bahwa satu dari tiga titik tambat di terminal Novorossiysk mengalami kerusakan hingga menghentikan operasi.

Namun Chevron, salah satu pemegang saham CPC, menyebut pada Minggu malam bahwa aktivitas bongkar muat tetap berjalan. Biasanya, dua titik tambat digunakan untuk pemuatan dan satu sebagai cadangan.

Analis UBS Giovanni Staunovo menyebut, serangan terhadap terminal ekspor CPC ikut mengangkat harga minyak. Serangan itu terjadi ketika Ukraina meningkatkan operasi militernya di Laut Hitam dan menghantam dua kapal tanker yang menuju Novorossiysk.

Sementara itu, OPEC dan sekutunya sebelumnya sepakat untuk melakukan jeda pada awal November, memperlambat upaya merebut kembali pangsa pasar di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan. Analis senior LSEG Anh Pham mengatakan pasar merespons positif keputusan tersebut.

“Selama ini narasinya selalu soal kelebihan pasokan. Jadi keputusan OPEC+ untuk mempertahankan target produksi memberi napas lega dan membantu menstabilkan ekspektasi pertumbuhan pasokan dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya.

Harga Brent dan WTI ditutup melemah pada Jumat untuk bulan keempat berturut-turut—rangkaian penurunan terpanjang sejak 2023—terimbas ekspektasi meningkatnya pasokan global.

Pada Sabtu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa wilayah udara di atas dan sekitar Venezuela harus dianggap ditutup, memicu ketidakpastian baru di pasar minyak mengingat negara Amerika Selatan itu merupakan produsen besar.

Sehari setelahnya, Trump mengatakan telah berbicara dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro namun tidak merinci lebih lanjut. (Aldo Fernando)

SHARE