Harga Minyak Naik Lebih dari 1 Persen, Diwarnai Sentimen Fed dan Isu Ukraina
Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada Senin (24/11/2025), didukung meningkatnya ekspektasi bahwa Amerika Serikat (AS) akan menurunkan suku bunga.
IDXChannel – Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada Senin (24/11/2025), didukung meningkatnya ekspektasi bahwa Amerika Serikat (AS) akan menurunkan suku bunga pada Desember.
Keraguan yang semakin besar mengenai peluang Rusia mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina, yang dapat membuka jalan bagi kenaikan ekspor minyak Moskow, juga ikut mengangkat sentimen pasar.
Kontrak berjangka (futures) minyak Brent menguat 1,3 persen, dan ditutup di USD63,37 per barel. Minyak West Texas Intermediate (WTI) meningkat 1,3 persen, menjadi USD58,84 per barel.
Pada Jumat lalu, kedua acuan harga minyak tersebut berakhir di level terendah sejak 21 Oktober.
AS dan Ukraina berupaya mempersempit perbedaan dalam rancangan perdamaian untuk mengakhiri perang Rusia–Ukraina, setelah proposal AS sebelumnya dinilai Kyiv dan sekutunya di Eropa terlalu menguntungkan Kremlin.
Menurut analis Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan, pelemahan harga belakangan ini terutama dipicu oleh laporan kemajuan negosiasi damai Rusia–Ukraina.
"Namun, kami menilai pengurangan premi risiko lebih dari 5 persen terlalu berlebihan," tulis analis Ritterbusch, merujuk pada potensi perang yang masih dapat berlarut dan kembali memicu risiko geopolitik pada kontrak minyak.
Sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia Rosneft dan Lukoil, yang mulai berlaku pada Jumat, memunculkan gesekan yang biasanya dapat mengangkat harga. Namun pasar kini terfokus pada pembicaraan damai.
Pendapatan minyak dan gas Rusia dari perusahaan negara diperkirakan turun sekitar 35 persen secara tahunan pada November menjadi 520 miliar rubel (setara USD6,59 miliar), dipengaruhi pelemahan harga minyak dan penguatan rubel, menurut perhitungan Reuters.
Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyambut baik ‘momentum baru’ dalam negosiasi mengakhiri perang di Ukraina dan menegaskan Uni Eropa akan terus mendukung Kyiv.
Suku bunga AS
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Christopher Waller mengatakan data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih cukup lemah untuk mendukung pemangkasan suku bunga seperempat poin lagi.
Suku bunga yang lebih rendah berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Lembaga broker global masih terbelah soal apakah Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Desember, setelah rilis data pasar tenaga kerja pekan lalu memberi sinyal campuran mengenai pertumbuhan pekerjaan dan tingkat pengangguran.
Di Jerman, survei menunjukkan sentimen bisnis turun secara tak terduga pada November karena perusahaan semakin pesimistis terhadap peluang pemulihan ekonomi.
JPMorgan memproyeksikan harga Brent di USD57 per barel dan WTI di USD53 pada 2027, sambil mempertahankan perkiraan 2026 masing-masing di USD58 dan USD54.
Amerika Serikat secara resmi menetapkan kartel Venezuela, Cartel de los Soles, sebagai organisasi teroris asing, menambah lapisan sanksi terkait terorisme terhadap kelompok yang menurut AS melibatkan Presiden Nicolas Maduro dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.
Sanksi terhadap Venezuela, anggota OPEC, cenderung menopang harga minyak karena membatasi ekspor negara tersebut.
Secara terpisah, Presiden AS Donald Trump mengatakan dirinya melakukan percakapan ‘sangat baik’ dengan Presiden China Xi Jinping.
Keduanya membahas perang di Ukraina, perdagangan fentanyl, dan kesepakatan untuk sektor pertanian. Pelaku pasar energi menilai komunikasi positif antara dua ekonomi terbesar dunia ini sebagai sentimen yang mendukung permintaan minyak. (Aldo Fernando)