Harga Minyak Sawit (CPO) Rebound, Catatkan Kenaikan Empat Pekan Beruntun
Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menguat pada Jumat (14/2/2025), bangkit dari tekanan sehari sebelumnya.
IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menguat pada Jumat (14/2/2025), bangkit dari tekanan sehari sebelumnya setelah Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOC) memperkirakan pasokan yang semakin ketat pada Februari.
Proyeksi ini didasarkan pada produksi yang lemah dan permintaan yang meningkat menjelang bulan Ramadan.
Menurut data pasar, hingga pukul 14.29 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives naik 1,16 persen ke level MYR4.609 per ton.
Harga minyak sawit berada di jalur kenaikan mingguan keempat, naik sekitar 2,31 persen sejauh ini.
Setelah sempat mengalami tekanan di akhir 2024, harga CPO kini dalam tren pemulihan. Pergerakan ini terlihat dari kenaikan yang konsisten sejak awal Februari, di mana harga terus mencatat higher highs dan higher lows.
Dari sisi teknikal, harga CPO saat ini sedang menguji resistance jangka pendek setelah reli yang cukup tajam dalam beberapa hari terakhir.
Jika mampu menembus area ini dengan volume yang kuat, harga berpotensi menuju level MYR4.800 dalam waktu dekat. Namun, jika terjadi koreksi, support terdekat berada di kisaran MYR4.400.
Dikutip dari Trading Economics, MPOC memperkirakan harga dapat mencapai MYR4.850 per ton dalam beberapa pekan mendatang, didorong oleh potensi pemulihan permintaan dari India serta kenaikan harga minyak kedelai dan bunga matahari.
Di pasar global, rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memberlakukan tarif timbal balik secara global baru akan berlaku pada April, memberikan waktu lebih banyak untuk meredakan ketegangan perdagangan.
Sementara itu, Bank Sentral China (PBoC) mengisyaratkan kemungkinan penyesuaian kebijakan guna merespons meningkatnya risiko global dan lemahnya permintaan domestik.
Trader senior minyak sawit dari Interband Group of Companies, Jim Teh, menyatakan, stok minyak sawit di Malaysia dan Indonesia masih cukup besar, tanpa indikasi kekurangan pasokan.
“Seperti biasa, permintaan akan datang dari China, India, Pakistan, negara-negara Timur Tengah, Uni Eropa, dan Amerika Serikat,” katanya. (Aldo Fernando)