Harga Minyak Suram di Awal Pekan Gegara Komentar Hawkish The Fed
Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent turun pada perdagangan di awal pekan, Senin (13/5/2024).
IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent turun pada perdagangan di awal pekan, Senin (13/5/2024).
Harga minyak WTI terkoreksi 0,36 persen di level USD77,9 per barel dan minyak Brent terdepresiasi 0,48 persen di level USD82,3 per barel pada pukul 09.00 WIB.
Penurunan ini menjadi lanjutan dari sesi sebelumnya di mana harga minyak WTI ditutup anjlok 1,26 persen dan minyak Brent turun 1,30 persen pada perdagangan Jumat (10/5).
Harga minyak merosot lebih dari 1 persen menja menyusul komentar dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bahwa suku bunga dapat tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Sinyal ini berpotensi membatasi permintaan dari konsumen minyak mentah utama.
Lorie Logan dari Fed Dallas mempertanyakan efektivitas kebijakan moneter saat ini dalam mengendalikan inflasi, sehingga membebani harga minyak.
Suku bunga yang lebih tinggi biasanya memperlambat aktivitas ekonomi, sehingga dapat melemahkan permintaan minyak.
Selain itu, meningkatnya persediaan bahan bakar AS menjelang musim mengemudi di musim panas juga menekan harga minyak.
Per Kamis (9/5), data menunjukkan bahwa impor minyak mentah di China meningkat pada April, menandakan peningkatan permintaan di negara importir minyak mentah utama dunia.
Namun, data AS baru-baru ini menunjukkan kepercayaan konsumen merosot ke level terendah dalam enam bulan karena ekspektasi kenaikan harga.
Sementara itu, Israel menyatakan akan melanjutkan rencana untuk menyerang Rafah dan wilayah lain di Gaza karena putaran terakhir perundingan perdamaian di Mesir tidak membuahkan hasil.
Di sisi lain, harga minyak mentah Saudi yang lebih tinggi dan melemahnya margin penyulingan membuat permintaan dari China juga ikut melemah.
Melansir Reuters, China akan membeli total 45 juta barel minyak mentah Saudi. Volume tersebut diperkirakan akan turun sebesar 5,8 juta barel per Juni, dengan pasokan yang lebih rendah sebagian besar berasal dari jenis minyak mentah Arab Medium dan Arab Heavy.
Kerajaan juga membatasi pasokan minyak mentah dalam jumlah besar untuk mempersiapkan volume tambahan minyak mentah untuk kebutuhan listrik di Arab Saudi pada bulan-bulan musim panas.
Awal pekan lalu, Saudi Aramco menaikkan harga jual resmi (OSP) semua grade minyak yang diekspor ke Asia. Jenis grade minyak unggulan, Arab Light, untuk pengiriman Juni ditetapkan menjadi USD0,90 per barel lebih mahal.
Langkah ini sudah diperkirakan secara luas oleh pasar dan penyulingan di Asia, yang memperkirakan bahwa Aramco, eksportir minyak mentah terbesar dunia, akan menaikkan harga Arab Light untuk Asia pada Juni sebesar USD0,70-USD0,90.
Peningkatan tersebut, menyusul menguatnya harga minyak mentah Timur Tengah pada bulan ini, kini telah mengangkat harga minyak mentah Arab Light ke level premium tertinggi di atas patokan Oman/Dubai dalam lima bulan terakhir.
“Harga baru untuk satu barel Arab Light adalah USD2,90 di atas patokan regional Oman/Dubai, yang menandakan pasokan minyak mentah yang lebih ketat,” kata ahli strategi komoditas ING Warren Patterson dalam sebuah catatan pekan lalu.
Menurut Bloomberg, kenaikan harga minyak mentah Saudi untuk pengiriman ke Asia kemungkinan akan berdampak buruk pada margin perusahaan penyulingan di China, terutama ditambah dengan prediksi melemahnya permintaan solar. (ADF)