MARKET NEWS

Harga Minyak Terkoreksi Dua Hari Beruntun di Tengah Spekulasi Gencatan Senjata Gaza

Maulina Ulfa 09/07/2024 09:53 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) melanjutkan pelemahan pada Selasa (9/7/2024).

Harga Minyak Terkoreksi Dua Hari Beruntun di Tengah Spekulasi Gencatan Senjata Gaza. (Foto;

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) melanjutkan pelemahan pada Selasa (9/7/2024).

Harga minyak turun seiring pasar mengamati potensi dampak badai tropis Beryl terhadap produksi minyak AS, sementara pembicaraan gencatan senjata yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas tetap menjadi fokus.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,07 persen di level USD82,16 per barel. Sementara minyak Brent bergerak turun 0,07 persen di level USD85,57 per barel pada pukul 09.05 WIB.

Penurunan ini melanjutkan pelemahan harga minyak sejak kemarin. Pada penutupan perdagangan Senin (8/7/2024), harga minyak WTI ditutup memerah tajam 1,15 persen di level USD82,23 per barel dan minyak Brent terdepresiasi 0,98 persen di level USD85,69 per barel.

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/7/2024), harga minyak WTI ditutup memerah 0,93 di level USD83,16 per barel dan minyak Brent terdepresiasi 1,02 persen di level USD86,54 per barel.

Harga minyak mengalami penurunan tajam sejak Senin, karena aksi ambil untung (profit taking) dan meningkatnya spekulasi mengenai gencatan senjata di Gaza memicu pelemahan harga minyak.

Hamas terlihat membuat beberapa konsesi besar pekan lalu untuk memenuhi gencatan senjata dengan Israel. Namun Israel terus melanjutkan serangannya ke Gaza, melakukan serangan baru pada Senin (8/7).

Para pemimpin Hamas mengatakan bahwa agresi terus-menerus yang dilakukan Israel dapat membahayakan perundingan gencatan senjata.

AS juga terlihat menekan Israel untuk mencapai gencatan senjata. Namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa gencatan senjata apa pun harus memungkinkan Israel untuk terus berperang sampai tujuan perangnya tercapai.

Selain itu, badai tropis Beryl yang menghantam infrastruktur minyak Texas pada Senin (8/7) dilaporkan memutus aliran listrik di sebagian besar negara bagian tersebut dan juga menyebabkan gangguan pada industri minyak Texas.

Meskipun badai tersebut telah menjadi badai kategori 1 saat menghantam daratan, tak lama kemudian badai tersebut melemah menjadi badai tropis, dan diperkirakan akan semakin melemah saat bergerak menuju pantai.

Namun sejumlah produsen, eksportir, dan pengilangan minyak terlihat menghentikan operasi di sepanjang Teluk Meksiko, yang dapat menimbulkan gangguan jangka pendek terhadap pasokan minyak AS.

Terminal ekspor utama di Texas diperkirakan akan terkena dampak badai ini, meskipun belum jelas dampak keseluruhannya.

Para analis pada awalnya memperkirakan Beryl memiliki dampak terbatas pada produksi minyak AS.

Fokus pasar pada minggu ini juga tertuju pada sejumlah sinyal ekonomi dari China yang akan memberikan lebih banyak isyarat terhadap permintaan energi China di masa depan sebagai negara importir minyak terbesar dunia.

Pembacaan perdagangan dan inflasi China akan dirilis sepanjang minggu ini, dan akan terkait dengan prospek permintaan.

Kekhawatiran terhadap potensi perang dagang antara China dan negara-negara Barat juga masih muncul, setelah Uni Eropa memberlakukan tarif yang tinggi terhadap impor kendaraan listrik negeri Tirai Bambu. (ADF)

SHARE